SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT

Rabu, 20 Juli 2011

Kisah Tukang Air dan Tempayan Retak
Pernahkah kita merasa hidup yang kita jalani sebagai sesuatu yang sia-sia, tidak memberikan manfaat kepada diri kita maupun orang yang kita sayangi juga masyarakat di sekitar kita? Bila kita pernah mengalami hal seperti ini, mungkin ada baiknya kita menikmati kisah inspiratif tentang seorang tukang air berikut ini.
Ada seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, yang keduanya bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya.

Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Tempayan yang tidak retak selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang Dari mata air ke rumah majikannya, sedangkan tempayan retak hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, Karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sunggh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa kamu merasa malu?" Tanya si tukang air.
"Saya hanya mampu, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya, dan hanya kebocoran yang saya lakukan sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku, saya telah membuatmu rugi." Kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu. Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.",

Mitra
AHAD yang berbahagia, mari kita bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita, karena tidak ada yang sia-sia Allah SWT ciptakan, semua pasti ada maknanya. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Mari kita mengenali kelemahan kita, karena di dalam kelemahan kita,  akan kita temukan kekuatan kita. ALLAHU AKBAR
(jos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat