SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT

Rabu, 20 Juli 2011

RASULULLAH SAW AS A GOOD LEADER
Ya Nabi Salam Alaika
Ya Rosuul salam alaika
Ya Habiib salam alaika
Sholawatulloh alaika

Dalam  Alqur'anul karim , Allah SWT  berfirman :
“Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”

Demikian agungnya Rasulullah SAW, Kekasih Allah SWT yang memiliki banyak tauladan yang semua ajarannya, ucapannya, tingkah lakunya dan seluruh prilakunya tidak pernah lapuk dimakan zaman dan tidak lekang dimakan usia. Hanya manusia yang tidak pernah meniru, tidak berusaha mengambil contoh dari manusia yang paling mulia di dunia inilah adalah orang-orang yang merugi ,orang yang tidak pernah merubah dirinya untuk menjadi makhluk Allah SWT yang paling baik, dengan meniru akhlak sang pemimpin yang mulia, yang sangat dicintai oleh Allah SWT yang terbukti dari namanya telah disandingkan dalam dua kalimat shayadat “ Asyhaduallah illahaillallah, wa ashyhaduanna muhammadarrasulullah “ yang artinya ” Aku bersaksi  bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah”.
Walaupun Rasulullah SAW meninggalkan dunia ini ribuan tahun yang lalu, namun pengaruhnya sangat kuat hingga saat ini,  Kita ummatnya yang tidak pernah melihat wajahnya , tidak pernah mendengar tutur katanya, tidak pernah merasakan sentuhan kasih sayangnya secara langsung, namun kita selalu berusaha menduplikasikan  apa yang ada dalam diri Rasulullah SAW, dan sesungguhnya kitalah hamba Allah SWT yang paling beruntung menjadi ummat Rasulullah SAW, yang memiliki keyakinan yang besar kepada Rasulullah SAW sang Pemimpin, kita adalah ummatnya yang mau mengikuti apa yang diajarkan tanpa diperintah secara lisan dan langsung, kita ummatnya yang patuh dan tunduk kepada Rasulullah karena Rasulullah SAW telah mengajarkan cara memimpin tanpa memaksakan kepada siapapun yang dipimpinnya baik dalam keluarga, kepada sahabat, ataupun kepada orang-orang kafir yang memusuhinya dan yang mengaku musuh baginya yang tidak pernah beliau anggap musuhnya sebagai musuh, sungguh mulia sikap dan sifat Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW As A Good Leader Dalam Keluarga
Sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, Rasulullah SAW selalu bersikap baik kepada keluarganya, dalam hal apapun tidak pernah ada kata-kata yang menyakiti hati keluarganya terutama kepada anak-anaknya, termasuk dalam hal mencarikan jodoh untuk putri-putri tercintanya. Beliau begitu menjaga putri-putrinya dari kesedihan, dan ketika suami anak sulungnya Zainab binti Muhammad yang bernama Abul Ash bin Rabi menjadi tawanan perang yang pada saat itu belum memeluk islam, beliau pun membebaskan suami putrinya tersebut, dimana sang putri terkasihnya telah mengirimkan kalung  dari batu onyx Zafar pemberian istri tercintanya Khadijah binti Khuwaylid pada saat sang putri akan menikah dengan Abul Ash bin Rabi , Kalung tersebut diberikan Zainab sebagai tebusan untuk pembebasan suaminya.
Namun karena Rasulullah SAW mengenali kalung dari pembelian istri tercintanya Khadijah tersebut, maka beliau kemudian berkata kepada pasukannya, bahwa “ Seorang mukmin adalah pelindung bagi mukmin lainnya, apabila mereka memberikan perlindungan, maka kitapun harus melindungi orang yang dilindungi oleh Zainab. Jika kalian bisa membebaskan Abul Ash bin Rabi untuk Zainab dan mengembalikan kalung ini kepada Zainab, maka lakukanlah “ , dan pada akhirnya Abul Ash bin Rabi dapat dibebaskan pasukan Rasulullah SAW sedangkan kalung tebusan milik Zainab dikembalikan kepada Zainab.
Ketegasan Rasulullah SAW nampak jelas terlihat dalam hal  menjaga kesucian anak-anaknya, dimana suami -suami dari ketiga putrinya yang belum memeluk islam, beliau larang untuk  mendekati istri-istri mereka sebelum mereka memeluk Islam, seperti yang terjadi pada Ruqayyah dan Ummu Kultsum, yang memiliki perjalanan hidup yang hampir sama karena kedua putrinya terlahir dari bapak dan ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya juga mirip yaitu  Utbah dan Utaibah, mempunya mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula yaitu Ustman bin Affan r.a  , Begitu pula dengan Zainab Beliau pun telah melarang Zainab agar tidak mendatangi Abul 'Ash, karena dia tidak halal bagi Zainab selama dia masih kafir. Hingga sampai  Abul 'Ash  masuk islam , maka Rasulullah SAW SAW. pun menikahkan kembali Zainab kepada Abul 'Ash  .
Dalam hal memilihkan jodoh untuk putri-putrinya Rasulullah SAW selalu memilihkan seorang pria yang memiliki akhlak yang mulia dibandingkan pria-pria yang ada pada zamannya. Ketika putri kesayangan beliau Fatimah Az-Zahra banyak yang datang melamar untuk menjadi suami Fatimah termasuk sahabat beliau seperti Abu Bakar r.a, dan Umar Bin Khattab r.a, namun beliau menolaknya dengan cara halus, beliau mengatakan kepada sahabat tercintanya dengan mengatakan “"Wahai Abu Bakar r.a,, tunggulah ketetapan tentang Fatimah.' begitupun yang  beliau katakan kepada Umar Bin Khattab r.a, sehingga hal ini tidak membuat sakit hati sahabatnya yang mulia, karena semuanya diserahkan kepada Allah SWT, hingga akhirnya atas desakan Abu Bakar r.a,, berhasil  membujuk Ali bin Abi Thalib r.a, untuk memberanikan diri  melamar putri kesayangan Rasulullah SAW  yang juga masih kerabat dekatnya, dan dengan bibir yang kelu ketika hendak meminta Fatimah Binti Muhammad SAW , sesaat Ali Bin Abi Thalib r.a  berhasil melawan kelu lidahnya , setelah Rasulullah SAW  mendahului pembicaraan dengan berkata: “Hai Ali nampaknya Eng­kau mempunyai suatu keperluan. Katakanlah apa yg ada dalam fikiranmu. Apa saja yg Engkau perlukan akan Kau peroleh dariku!” semakin mantap niat Imam Ali untuk  menyampaikan keinginannya menjadikan Fatimah sebagai istrinya .
Dan menurut suatu riwayat dari Ummu Salamah melihat wajah Rasulullah SAW pada saat itu terlihat berseri-seri , dan mengatakan kepada Ali  bahwa “ Engkau wajib bergembira sebab Allah SWT sebenarnya sudah lebh dahulu menikahkan Engkau di langit sebelum Aku menikahkan Engkau di bumi!”, wallahu 'alam bishowab.

Rasulullah SAW  As A Good Leader Terhadap Para Sahabatnya
Rasulullah SAW banyak memiliki sahabat yang mencintainya bahkan rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela kekasih Allah SWT.  Rasulullah SAW pemimpin terbaik di sepanjang zaman, pemimpin yang dicintai, dicontoh semua tauladannya, tak ada yang salah dan hina dari semua yang  ada dalam diri Rasulullah SAW karena Rasulullah SAW adalah manusia terbaik dan sempurna yang Allah SWT ciptakan di muka bumi ini. Semua kisah sahabat dan Rasulullah SAW selalu meninggalkan cerita yang mengandung banyak hikmah, sehingga alangkah sedihnya sahabat ketika Rasulullah SAW wafat dan meninggalkan dunia yang fana ini untuk selama-selamanya, alangkah gaduhnya suasana masjid Rasulullah SAW ketika menjelang detik-detik maut Rasulullah SAW apalagi ketika melihat Rasulullah SAW tidak mengimamkan shalat berjamaah pada saat itu, hingga membuat Sayyidina Abu Bakar Ash Siddiq r.a,  jatuh pingsan karena menyadari bahwa waktu kepergian sahabat terkasihnya itu sudah semakin dekat, namun Rasulullah SAW selalu menghibur sahabatnya untuk tidak bersedih. Sungguh mulia sifat Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW selalu memberi tauladan yang tidak membuat orang lain merasa terpaksa untuk meniru sikap dan tindakannya , seperti kisah dimana sahabat Rasululah SAW,  Ibnu Mas’ud berkunjung ke rumah Rasulullah SAW ,  mengetahui kedatangan Ibnu Mas’ud Rasulullah SAW yang saat itu sedang tidur-tiduran di atas tikar terbuat dari anyaman daun-daun tamar bangkit menemui sahabatnya. Rasulullah SAW pada waktu itu tidak memakai baju, maka jelaslah terlihat bekas anyaman tikar yang melekat pada punggung Rasulullah SAW. Melihat hal tersebut Ibnu Mas’ud merasa sedih dan air matanya pun tak terbendung berjatuhan, menurutnya sungguh tidaklah pantas rasanya seorang Rasul kekasih Allah SWT, seorang kepala negara, panglima tertinggi seperti demikian, kemudian Ibnu Mas’ud menawarkan untuk membawakan sebuah kasur untuk Rasulullah SAW . Namun Rasulullah SAW bersabda ,” Apalah artinya kesenangan hidup di dunia ini bagiku, perumpamaan hidup di dunia ini bagiku tidak ubahnya seperti seorang musafir dalam perjalanan jauh yang singgah berteduh dibawah pohon kayu yang rindang untuk melepaskan rasa lelah. Kemudian dia harus berangkat meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yang sangat jauh tidak berujung.”
Luar biasa bukan, Rasulullah SAW tidak  memanfaatkan jabatannya untuk kehidupan yang mewah, tidak memanfaatkan tenaga sahabatnya demi kesenangannya, namun Rasul yang mulia hanya mengharapkan kehidupan akhirat yang kekal.
Begitupun ketika Rasulullah SAW  hendak menegur sahabatnya, tidak dilakukan dengan keras bahkan tidak membuat sahabat yang ditegurnya malu, justru semuanya dilakukan dengan santun, hal ini pernah terjadi ketika pada suatu hari Rasulullah SAW sedang duduk-duduk dengan para sahabat saat menunggu shalat berjamaah, Kemudian diantara sahabatnya ada seorang yang baru pulang pesta dan memakan daging, dan terciumlah aroma uap panas daging tersebut ke dalam mejelis tersebut. Rasulullah SAW menyadari bau tak sedap tersebut berasal dari sahabatnya yang juga mengalami kesulitan untuk duduk dimajelis tersebut, namun apabila Rasulullah SAW memintanya untuk berwudhu maka akan ketahuanlah  bahwa orang tersebut yang menimbulkan bau tidak sedap tersebut, tentu orang itu akan merasa malu dan gelisah. Beliau menginginkan sang pelaku menyadari kesalahanya tanpa diketahui oleh orang banyak, kemudian Rasulullah SAW saw. melepaskan pandangannya kepada semua yang hadir, sambil memerintahkan : “Siapa yang sebelum ke majelis ini makan daging  hendaknya berwudhu!”
“Semuanya telah memakan daging, ya Rasulullah SAW!, “jawab para sahabat.
Lalu beliau bersabda : “Kalau begitu, berwudhulah kalian semua.”
Mereka bangkit semua pergi berwudhu. Termasuk orang yang merupakan sumber datangnya bau kurang sedap itu. Orang ini telah diselamatkan air mukanya dari rasa malu, berkat kecerdikan dan kelembutan Rasulullah SAW. 


Rasulullah SAW As A Good Leader Terhadap Orang Yang Menganggapnya Musuh
Saudaraku yang berbahagia, sebagai ummatnya yang selalu ingin memperbaiki diri, tentu saja sekecil apapun sifat dan sikap yang ada pada pemimpin kita, tentu saja ingin kita terapkan pada diri kita, ingin kita tularkan pada keluarga kita juga pada orang-orang disekitar kita yang kita sayangi. Namun pernahkah kita berniat membagi kasih kita pada musuh kita? tentu sangat sulit bagi kita untuk memberikan kasih sayang kita pada orang yang jelas-jelas telah memusuhi kita, jangan kan dengan orang yang terang-terangan memusuhi kita dengan orang yang mengumpat pada kita pun rasanya enggan bagi kita untuk membagi kasih kita, namun saudaraku hal tersebut tidak akan kita temukan pada sikap Rasulullah SAW terhadap orang yang jelas-jelas memusuhinya, banyak kisah syahadat yang terjadi dari mulut orang yang memusuhi Rasulullah SAW , semuanya terjadi karena sikap Rasulullah SAW yang tulus , seluruh sifat dan sikap sebagai seorang pemimpin telah dimiliki oleh Rasulullah SAW, kepada siapapun Rasulullah SAW berhadapan , maka hanya sikap positif dan mulialah yang nampak dalam jiwa Rasulullah SAW.
Pernah membaca tentang kisah seorang wanita Yahudi yang selalu berada di sudut pasar Madinah Al-Munawaroh? Seorang wanita yang selalu menghina dan menuduh bahwa Muhammad adalah orang gila, pembohong, tukang sihir, dan masih banyak kata-kata fitnahan keji kepada Rasulullah SAW, dan meminta semua orang untuk tidak mendekati Muhammad. Namun meski demikian setiap pagi Rasulullah SAW selalu mendatanginya dengan membawa makanan, menyuapi si wanita tua buta itu dengan tanganya yang mulia, tanpa berkata sepatahpun, walau si wanita buta itu sambil menghinanya, namun Rasulullah SW tetap menyuapinya dengan kasih dan sayang. Dan hal ini dilakukan Rasulullah SAW hingga beliau wafat, dan tak ada seorangpun yang melakukan hal yang sama sepeninggal rasul kepada wanita Yahudi buta tersebut. Namun sebagai sahabat yang setia kepada Rasulnya, Abu Bakar r.a melakukan hal yang telah dilakukan Rasulullah SAW kepada wanita Yahudi tersebut, dimana sebelumnya Abu Bakar r.a,menanyakan sunah Rasulullah SAW yang belum dikerjakannya, dan kemudian Aisyah r.ha memberitahkan perihal Rasulullah SAW yang setiap pagi selalu pergi ke ujung pasar di Madinah untuk membawakan makanan kepada seorang pengemis Yahudi  yang buta.  Dan keesokan harinya Abu Bakar r.a pergi ke pasar dengan membawakan makanan untuk pengemis Yahudi tersebut dan menyuapi si pengemis, namun tiba-tiba wanita buta tua tersebut berteriak , “"Siapakah kamu ?". Abu Bakar r.a menjawab, "Aku adalah orang yang biasa datang".
 "Bukan !, Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku ,  maka tidak susah tanganku memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan padaku dengan tanganya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Tak kuasa Abu Bakar r.a  untuk menahan air matanya, sambil menangis ia berkata kepada wanita buta itu bahwa dia bukanlah orang yang biasa datang, namun dia adalah sahabat dari orang yang selama datang pada si wanita tua ini , namun orang yang biasa datang itu kini telah tiada, dan dia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Mendengar hal itu wanita pengemis buta itu pun menangis dan tidak percaya dengan apa yang sedang dialaminya, orang yang selama ini dihina, difitnah dan dicaci ,namun tak sedikitpun dirinya dimarahi bahkan beliau tetap selalu datang untuk membawa makanan setiap pagi, akhirnya di hadapan Abu Bakar r.a. pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat bahwa Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, dan Muhammad adalah utusan-Nya “
Selain itu kisah inspiratif dari sikap Rasulullah SAW adalah ketika Rasulullah SAW membantu membawakan barang bawaan seorang wanita tua yang sedang melintasi gurun pasir, tanpa sepatah kata pun terucap dari bibir  Rasulullah SAW selama membantu membawa beban berat yang dibawanya, justru sebaliknya dengan wanita tua itu , yang selalu berpesan kepada Rasulullah SAW yang belum dikenalnya “Anak muda, selama kita berjalan bersama, Saya hanya punya satu permintaan. Jangan berbicara apapun tentang Muhammad! Gara-gara dia, tidak ada lagi rasa damai dan saya sangat terganggu dengan pemikirannya. Jadi sekali lagi, jangan berbicara apapun tentang Muhammad!” sepanjang perjalanan hanya Muhammad SAW yang diumpat oleh wanita tua, tersebut hingga telah sampai tujuan wanita itu bertanya siapa nama pemuda yang menolongnya membawakan barang bawaanya yang berat tersebut, lalu Muhammad muda menyebut “ Saya Muhammad” , seketika itu juga wanita tua yang telah menghinanya sepanjang perjalanan mengucapkan syahadat, memeluk agama Islam.

Rasulullah SAW As A Good Leader Dalam Memimpin Ummat

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At-taubah: 128) 
Dalam ayat tersebut Allah SWT memberikan gambaran yang jelas tentang sosok seorang pemimpin yang patut menjadi panutan sebagai seorang pemimpin di muka bumi ini, yang memiliki kepemimpinan yang harus dicontoh , mengayomi, dan menyejahterakan ummat yang dipimpinnya.
Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah, Namun bukan juga hal yang sulit apabila kita telah memiliki dan memahami panduan yang Allah SWT telah berikan kepada hamba-Nya melalui seorang manusia yang sempurna Allah SWT ciptakan, yaitu Muhammad Rasulullah SAW.
Kalau memimpin hanya untuk menjadi pemimpin yang disegani,di takuti dan dilayani tentu saja semua orang mengingnkan hal itu, namun apakah memimpin seperti demikian yang diajarkan dalam Islam? Tentu bukan hal seperti itu yang diajarkan oleh Islam. Agama Islam telah memberikan uswatun hasanah yang sempurna untuk hamba Allah SWT yang selalu ingin menjadi hamba yang terbaik dalam pandangan sang Khalik juga dicintai Rasul-Nya, Islam telah memberikan banyak contoh dalam jiwa dan akhlak Rasul dalam memberikan tauladan-tauladan dalam memimpin. Karena kepemimpinan yang dicontohkan Rasul adalah kepemimpinan yang melayani dan menjadi nakhkoda bagi yang dipimpinnya.
Kepemimpinan Rasul selalu diduplikasi oleh sahabatnya seperti Abu Bakar r.a  yang pada saat pertama kali menerima jabatan sebagai khalifah sepeninggal Rasulullah SAW  menjalankan amanah kepemimpinan yang tidak sedikit, di awal jabatannya tersebut beliau meminta dukungan kepada para sahabatnya apabila yang dilakukannya adalah suatu hal yang benar, namun apabila apa yang dilakukannya salah maka beliau juga minta untuk diingatkan dan diluruskan. Ini merupakan contoh yang dilakukan sahabat terdekat Rasulullah SAW yang selalu berusaha melakukan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam memipin ummat yang memimpin dengan prilaku yang junur, amanah, selalu berpihak kepada rakyat serta tidak ada keluar kata-kata dusta dalam bibir mulianya.
Apabila saat ini kita menemukan pemimpin yang jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW , maka sudah seharusnya kita sebagai ummat Rasulullah SAW untuk selalu mengambil entry poin dari kepemimpinan Rasulullah SAW untuk diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari untuk diri kita, keluarga kita, lingkungan kita dan di setiap saat kita dipilih untuk menjadi pemimpin.
Subhanallah, maha Suci Allah SWT yang telah menciptakan jiwa yang tenang serta hati yang ikhlas dalam diri Rasulullah SAW. Tak akan pernah habis kisah tauladan dari Rasulullah SAW , dan tak akan pernah kenyang fikiran ini dengan contoh-contoh yang Rasulullah SAW berikan dan tak akan pernah memenuhi dahaga ini apabila hari-hari ini dipenuhi dengan lantunan bait dan syair yang menceritakan tentang indahnya akhlak Rasulullah SAW dalam mempimpin ummatnya , hanya sedih, terharu dan hanyut dalam perasaan yang tidak menentu, karena teramat jauh rasanya diri ini dari kepemimpinan Rasulullah SAW, teramat kotor diri ini dalam memimpin , menjadi pemimpin siapapun yang pernah dipimpin , betapa hina diri ini mengaku cinta Rasulullah namun laksana jauh panggang dari api dalam mengaplikasi akhlak Rasulullah SAW dalam keseharian kita.
Bayangkan bila kita membaca kisah Rasulullah SAW dengan sahabat dekatnya sedang melakukan shalat berjamaah ,  Umar Bin Khattab r.a  yang berada pada shaff terdepan merasa terganggu terdengar seperti gesekan persendian beliau satu sama lain.
Usai shalat Umar Bin Khattab r.a mendatangi Rasulullah SAW, dan menanyakan kondisi Rasulullah SAW, apakah beliau sakit dan menanggung penderitaan yang sangat hingga persendiannya terdengar sangat memilukan. Lalu Rasulullah SAW hanya tersenyum dan menggelengkan kepala dan mengatakan bahwa beliau baik-baik dan dalam keadaan sehat.
Namun sahabat Rasul tersebut terus menanyakan kepada Rasul , namun Rasulullah SAW tetap menyembunyikan dan menghibur sahabatnya tersebut dengan senyuman, karena beliau tidak ingin meihat sahabatnya bersedih dan mengasihani beliau. Namun karena jawaban Rasulullah SAW yang menjawab sehat dan baik-baik saja tidak membuat hati Umar Bin Khattab r.a  puas maka akhirnya Rasulullah SAW mengangkat jubahnya hingga bagian perut beliau terlihat . Umar Bin Khattab r.a  dan sahabat yang hadir pada saat itu terpana, tampak perut beliau yang begitu kempis, dan dililit oleh kain yang membuntal berisi kerikil-kerikil. Ternyata kerikil-kerikil inilah yang menimbulkan bunyi gesekan ketika Rasulullah SAW mengimami shalat.
tiba-tiba Umar Bin Khattab
r.a  tercekat dan dengan suara bergetar oleh rasa iba dan penyesalan Umar Bin Khattab berkata "Ya Rasul," Apakah jika engkau mengatakan sedang lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan menyediakan dan menyiapkannya untuk Engkau?"
Kemudian beliau kembali menutup perutnya dan menatap Umar Bin Khattab
r.a  dengan pandangan cinta kasih,
"Tidak, ya Umar Bin Khattab. Aku tahu, apa pun akan kalian korbankan demi Aku, akan tetapi apa yang akan Aku katakan di hadapan Allah SWT nanti jika sebagai pemimpin Aku menjadi beban bagi umatku?"
Kemudian beliau kembali meneruskan kalimatnya sambil berkata,
"Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah dari Allah SWT untukku agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia, terlebih di akhirat."  Suasana berubah menjadi hening dan penuh keharuan, seorang pemimpin yang tidak mau menjadi beban bagi ummatnya, seorang pemimpin yang tidak ingin terlihat susah di depan orang-orang yang dipimpinnya, masih adakah pemimpin yang seperti Baginda Rasulullah SAW? Seharusnya kita lah yang mencontoh akhlak Rasul dalam memimpin, memimpin dengan hati yang tulus dan ikhlas bukan dengan  hati yang penuh nafsu dunia , nafsu untuk menguasai dan menggengam dunia dengan kekuasaan karena sesungguhnya dunia ini fana dan hanya sementara, karena sesungguhnya kehidupan yang sebenar-benarnya adalah di akhirat kelak, yang butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan segala urusan kita di dunia untuk kita pertanggungjawabkan di hadapan sang Khalik

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Tidak ada cela dalam diri dan akhlak Rasulullah SAW, Rasulullah SAW memimpin dengan suri tauladan yang baik. Maha Suci Allah SWT yang telah mengutus seorang pemimpin yang begitu mulia akhlak dan perkataannya. Sungguh saat ini kita begitu merindukan pemimpin sebijaksana beliau yang berkata dengan lembut dan halus tutur katanya, yang tidak pernah membebani ummatnya , tidak pernah menyakiti hati anak , istri dan keluarganya, yang selalu membantu tugas istrinya , kata-kata yang keluar dari bibirnya selalu sesuai dengan apa yang dilakukannya, memimpin dengan hati bukan hanya mengandalkan fikiran, karena kepemimpinan yang hanya mengandalkan kecerdasan fikiran semata tanpa melibatkan hati didalamnya , maka akan menciptakan kepimpinan yang penuh  dengan kesewenang-wenangan, hanya memikirkan dunia saja tanpa memikirkan bagaimana nasib dan perasaan orang yang dipimpinnya.
Sungguh Rasulullah SAW adalah pemimpin yang tiada bandingannya di dunia ini, beliau berkorban demi kemaslahatan umat bukan dengan mengorbankan orang lain, beliau selalu memberikan yang terbaik untuk ummatnya bukan berfikir apa yang dapat diperoleh dari ummatnya.
Semua pilihan ada pada kita , apakah kita akan menjadi seorang pemimpin yang mengikuti junjungan tercinta Rasulullah SAW yang sudah jelas dan terlihat bahwa membawa kepada dunia dan akhirat atau sebaliknya, karena setiap diri kita adalah pemimpin, paling tidak pemimpin untuk dirinya sendiri. Sebaiknya kita harus selalu bermuhasabah dengan apa yang telah kita lakukan selama ini , sebelum kita di hisab di akhirat kelak akan apa-apa yang telah kita lakukan , karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banya manfaatnya kepada orang lain . Mari kita jadikan pribadi agung Rasulullah SAW selalu hidup didalan sanubari kita hingga ajal menjemput , semoga senyuman dan harapan bertemu Allah SWT dan Rasulnya menjadi kemudahan bagi kita di akhirat kelak. Wallahu‘alam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat