SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT

Senin, 20 November 2017

😂😂 *KISAH BUBARNYA SEBUAH GROUP WA*😃😃

Bermula dari chattingan antar anggota lama dgn anggota baru...

ADI S:
Halo Sari, selamat bergabung di group ya...

SARI:
Halo juga, saya baru nih.. di Surabaya.

Gery:
Ya Sari, jangan khawatir sayang, aku akan bantu apapun buat kamu...

Amin:
Halo Sari,, kalo ada perlu apa2 tinggal bilang aja, aku siap bantu kapanpun...

Boby:
Halo Sari, saya bisa nemenin kamu ke mana aja kamu mau... kabarin aja ya say

Hendro:
Halo Sari... tenang aja selama ada saya semua pasti beres...

SARI:
Tks temen2 semua atas perhatiannya, kalian semua memang baik banget...

Adi S :
Btw, nama lengkap kamu siapa?

SARI:
SARIFUDIN, asli Jember...

ADI S keluar group

Gery keluar

Amin keluar

Boby keluar

Hendro keluar

ADMIN  keluar

Sholeh  'online'

???????

SARI: Mas Sholeh kok ngak ikut keluar???

Sholeh: Yah saya su'udzon dan sabar saja, semua pasti ada hikmahnya

SARI: Iya mas Sholeh sebetulnya nama lengkap saya INDAH PUTRI SARIFUDIN,

SARIFUDIN nama ayah saya, Saya mantan putri indonesia tahun 2013

SARI: Saya janda ditinggal mati, suami saya meninggal begitu selesai akad nikah, jadi kami sama sekali belum sempat berbulan madu

SARI: Mudah - mudahan mas Sholeh berkenan menjadi imam saya...

Sholeh:  Alhamdulillah.....

SARI: nama lengkap mas Sholeh siapa????

Sholeh: SITI SHOLEHA

SARI keluar group....!!!!

😂😂😂
Ringkasan Biografi
Muallim KH.Muhammad Syafi'i Hadzami

RIWAYAT SINGKAT MU’ALLIM K.H.Muh. SYAFI’I HADZAMI

I. Biografi
Lahir pada tanggal 12 Ramadhan 1349 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1931 M dengan nama Muhammad Syafi’i Hadzami,anak pertama pasangan Bapak Muhammad Saleh Raidi dan Ibu Mini di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat[1]. Ayah Syafi’i adalah seorang Betawi asli, sedangkan ibunya berasal dari daerah Citeureup Bogor. Ayahnya adalah seorang pekerja pada perusahaan minyak asing di Sumatera Selatan. Dua tahun kemudian, setelah Syafi’i lahir, ayahnya pulang ke kampung halaman dan tidak pernah kembali lagi bekerja di perusahaan minyak asing. Ayahnya kemudian bekerja sebagai penarik bendi. Pada tahun 1933 Muhammad Syafi’i tinggal bersama kakek Husin di Batutulis XIII,Pecenongan. Syafi’i mulai diajak kakeknya untuk mengaji dan membaca ditempat kakeknya mengajar mengaji. Kakeknya juga selalu mengajak Syafi’i kecil untuk sholat berjamaah. Syafi’i kecil belajar mengaji kepada teman-teman kakeknya mengajar mengaji,antara lain Kyai Abdul Fatah dan Bapak Sholihin yang ada di musholla tempat kakeknya mengajar,sehinggan saat ini musholla tersebut diberi nama Raudhatus Sholihin.

Mu’allim juga memiliki hobi mengoleksi batu cincin,memelihara ayam pelung dan memelihara burung. Hobi mengoleksi cincin didapatkan dari gurunya, Guru Mahmud Romli sewaktu menuntut ilmu agama. Selain sebagai koleksi,ada juga batu cincin yang diperdagangkan kepada orang lain. Mua’llim juga suka berbagai makanan,beliau bukan orang yang rewel saat disuguhkan makanan. Hanya satu yang kurang disukai,yaitu daging ayam,karena ayam yang disembelih dipasar masih diragukan tatacara penyembelihannya. Makanan kesukaan Mu’allim adalah soto kaki dan sop. Saat majelis ta’lim,beliau juga senang makan dengan sate,sop dan durian.

II. Pendidikan
Sejak kecil,tepatnya tahun 1935 Syafi’i mulai belajar mengaji kepada kakeknya sendiri,Kakek Husin. Ia belajar kepada kakeknya hingga kakeknya wafat pada tahun 1944. Kemudian pada tahun 1936 Syafi’i masuk ke sekolah dasar HEI (Hollandche Engels Instituut) yang terletak dijalan Ketapang. Sebelum berangkat sekolah, Syafi’i selalu berdagang kue buatan neneknya dengan berkeliling kampungnya selama kurang lebih 2 tahun. Pada tahun 1940 Syafi’i mengkhatamkan Al-Quran dan mulai membantu mengajar teman-temannya. Namun Syafi’i juga tetap belajar Al-Quran kepada Bapak Sholihin. Selain belajar Al-Quran Syafi’i juga belajar lughah,nahwu dan shorof kepada Bapak Sholihin. Kemudian pada tahun 1942 Syafi’i lulus dari HEI. Setelah lulus dari HEI,Syafi’i mulai mengikuti kursus stenografi[3] dan pembukuan.
Pada tahun 1948 Syafi’i menikah dengan gadis tetangganya di Batutulis bernama Nonon yang dikemudian hari dipanggil dengan panggilan Hajjah Siti Khiyar. Pada saat menikah,Syafi’i telah tinggal di Kemayoran. Masih pada tahun 1948 juga Syafi’i mulai belajar resmi pada Guru Sa’idan didaerah Kemayoran. Syafi’i mempelajari ilmu tajwid, ilmu nahwu dengan kitab pegangan Mulhatul-I’rab dan ilmu fiqih dengan kitab pegangan Ats-Tsimarul-Yani’ah yang merupakan syarah atas kitab Ar-Riyadul-Badi’ah. Guru Sa’idan pun menyuruh Syafi’i untuk belajar kepada guru lain,diantaranya Guru Ya’kub Sa’idi (Kebon Sirih). Syafi’i belajar kepada Sa’idan hingga tahun 1953 atau sekitar 5 tahun dan mulai belajar kepada Guru Ya’kub Sa’idi selama 5 tahun juga dari 1950-1955. Pada Guru Ya’kub, Syafi’i mengkhatamkan kitab Idhahul-Mubham, Darwisy Quwaysini,dan lain-lain. Hingga pada akhirnya Syafi’i dipanggil dengan sebutan Mu’allim Syafi’i dikarenakan banyaknya ilmu yang dikuasai oleh Syafi’i[4].
Setelah belajar kepada Guru Ya’kub, Mu’allim kembali belajar kepada K.H. Mahmud Romli (Guru Mahmud) mengaji kitab Ihya-Ulumiddin (tasawuf) dan Bujairimi (fiqih) hingga wafatnya Guru Mahmud pada tahun 1959.

Pada tahun 1951 Mu’allim dikaruniai seorang putra pertama bernama Ahmad Chudlory (yang kini menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi PPP). Pada tahun 1953 selama kurang lebih 5 tahun Mu’allim berguru kepada K.H. Mukhtar Muhammad di Kebon Sirih yang tak lain adalah mertuanya sendiri dan juga murid dari Guru Ya’kub. Kitab yang dipelajari adalah kitab Kafrawi (dalam ilmu nahwu).

Pada tahun 1956 Mu’allim bekerja di RRI sebagai pegawai negeri. Tugasnya adalah di bagian transcription service,yaitu bagian rekaman musik-musik. Pada tahun 1958 Mu’allim kembali belajar kepada Habib Ali bin Husein al-Aththas (Habib Ali Bungur) hingga beliau wafat pada tahun 1976. Mu’allim banyak sekali mengaji kitab kepada beliau. Biasanya sebelum berangkat ke RRI,Mu’allim datang ke tempat Habib Ali Bungur dan membaca kitab dihadapannya. Kemudian sekitar tahun 1960, Mu’allim meminta rekomendasi atas karangannya kepada Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang) yang berjudul al-Hujajul-Bayyinah (argumentasi-argumentasi yang jelas). Dan setelah melihat karangannya itu, Habib Ali Kwitang memberikan rekomendasinya dalam bahasa arab dan juga memberikan sebuah Al-Quran,tasbih,serta uang sebesar 5.000 rupiah kepada Mu’allim yang pada saat itu uang sebesar 5.000 sangat lumayan besar jumlahnya.

Sejak saat itu hingga sekarang,Mu’allim Syafi’i mempunyai banyak murid namun yang terdekat dengan Mu’allim adalah antara lain K.H. Sabilar Rasyad, H. A. Sukmadibrata, Ustadz H. M. Ali Samman, H. Muhammad Erwin Indrawan (murid sekaligus anak angkat Mu’allim), K.H. M.S. Zawawi,dan lain-lain.

III. Karya Ilmiah
Kita patut menyambut gembira kehadiran karya-karya Mu’allim yang manfaatnya telah dirasakan dan diakui oleh banyak orang,baik dari kalangan ulama maupun orang-orang awam. Hingga ,hingga akhir hayatnya sudah puluhan karya-karya yang dihasilkan Mu’allim. Pada umumnya,karya-karya beliau berupa risalah-risalah kecil dengan bahasa Indonesia yang ditulis dengan tulisan Arab,kecuali kitab Taudhihul-Adillah. Walaupun secara fisik karya-karya beliau terlihat sederhana,bahasanya pun juga sederhana tetapi mater-materi yang ditulisnya adalah tema-tema penting yang dibutuhkan masyarakat luas. Bahkan mereka-mereka yang telah berilmu tinggi pun masih perlu untuk membacanya,terkadang risalah-risalah karya Mu’allim adalah berisi mengenai tanggapan-tanggapan atas persoalan-persoalan yang sedang ramai dibicarakan.

Diantara karya-karya beliau adalah sebagai berikut[6]:

1. Kitab Taudhihul-Adillah (penjelasan dalil-dalil)[7]
2. Kitab Sullamul-‘Arsy fi Qiraat Warsy. Kitab ini disusun pada saat Mu’allim berusia 25 tahun dan selesai pada tanggal 24 Dzulqa’dah tahun 1376 H (1956 M). Risalah setebal 40 halaman ini berisi qaidah-qaidah khusus pembacaan Al-Quran menurut Syekh Warasy dan terdiri dari satu mukadimah,sepuluh mathab (pokok pembicaraan) dan satu khatimah (penutup)

3. Kitab Qiyas Adalah Hujjah Syar’iyyah. Dalam risalah ini dikemukakan dalil-dalil dari Al-Quran,hadits dan ijma’ ulama yang menunjukkan bahwa qiyas merupakan salah satu hujjah-hujjah syariah. Risalah ini selesai disusun pada tanggal 13 Shafar 1389 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Mei 1969 M.

4. Kitab Qabliyyah Jum’at. Kitab ini berisi tentang kesunatan sholat sunah qabliyah pada sholat jum’at dan hal-hal yang berkait dengannya. Dalam risalah ini dikemukakan nash-nash Al-Quran,hadits dan fuqaha.

5. Kitab Shalat Tarawih. Didalam kitab ini terdapat penjelasan mengenai dalil-dalil dari hadits dan keterangan para ulama yang berkaitan dengan sholat tarawih,dari mulai pengertian,ikhtilaf tentang jumlah rakaatnya,cara pelaksanaannya dan lain-lain.

6. Kitab ‘Ujalah Fidyah Shalat. Kitab yang ditulis pada tahun 1977 ini membahas khilaf tantang pembayaran fidyah untuk seorang muslim yang telah meninggal dunia yang di masa hidupnya pernah meninggalkan beberapa waktu sholat fardhu.

7. Kitab Mathmah ar-Ruba fi Ma’rifah ar-Riba. Kitab ini membahas tentang beberapa hal yang berkaitan dengan riba,seperti hukum riba,benda-benda rabawi,jenis-jenis riba, bank simpan pinjam,deposito,dan lain sebagainya. Kitab ini selesai ditulis pada yanggal 7 Muharram 1397 (1976 M)[8].

IV. Kontribusi Dakwah

Mengajar adalah pilihan hidup dari seorang Syafi’i Hadzami. Pada beberapa tahun lalu sempat terjadi konflik kepentingan antara mengajar dan berdagang,dan pada akhirnya Mu’allim memilih untuk mengutamakan mengajar. Keputusan itu memang sesuai dengan panggilan jiwanya. Mengajar dilakukan dengan sangat tekun dan sungguh-sungguh. Penguasaannya handal. Ia memahami dan menguasai persoalan-persoalan agama dengan baik. Selebihnya adalah kearifan yang mungkin muncul dari pengalaman ilmunya. Artinya,selain menguasai ilmu,yang bersangkutan juga mengamalkannya dengan suatu corak pengalaman tertentu.

Telah banyak majlis-majlis ta’lim yang dipimpin oleh Mu’allim,dan diakui kebesarannya oleh para muridnya. Ada beberapa keagungan beliau yang disebutkan oleh muridnya,antara lain:

1. Ketelitian
2. Ketekunan
3. Kesabaran,dan
4. Kecerdasan dan daya ingat.

Berikut adalah daftar nama-nama majelis-majelis ta’lim yang pernah dipimpin oleh beliau:

1. Al-Himmatul ‘Aliyah (Cempaka Putih)
2. Baitul Muta’ali (Cipadu,Tangerang)
3. Al-Barokah (Kepu Dalam)
4. At-Taqwa (Kemayoran)
5. Al-Awwabin (Jalan Spoor Dalam)
6. Ni’matul Ittihad (Pondok Pinang,Ciputat Raya)
7. Al-Istiqomah (Cempaka Baru)
8. Yayasan At-Taqwa (Jakpus)
9. Sholatihah (Kemayoran)
10. As-Sa’adah (Simprug)
11. Riyadhul Jannah (Pd. Bambu,Jaktim)
12. Al-Mubarok (Condet)
13. Al-Hidayah (Kemanggisan)
14. At-Ta’ibin (Senen,Jakpus)
15. Az-Zawiyah (Kediaman Mu’allim Syafi’i Hadzami)
16. Al-Mabrur (Tanah Tinggi,Jakpus)
17. Al-Asyirotusy Syafi’iyah (Kp. Dukuh,Kebayoran Lama)
18. As-Surur (Kebon Jeruk)
19. Ad-Dirosatul ‘Ulya lit-Tafaqquh fid-Din (Kp. Dukuh,Kebayoran Lama)
20. Himmatul Masakin (Kebayoran Baru)
21. An-Nizhomiyyah (Cipulir)
22. Khoirul Biqo (Jakpus)
23. Al-Manshuriyyah (Jembatan Lima)
24. Al-Muhsinin (Kemayoran,Jakpus)
25. Al-Ma’mur (Tanah Abang,Jakpus)
26. At-Taqwa (Kby. Baru)
27. Al-Ma’ruf (Grogol)
28. Al-Falah (Kemayoran,Jakpus)
29. ‘Isyatur-Rodhiyyah (Johar Baru,Jakpus)[9]

V. Mu’allim Wafat

Pada pagi hari, ahad 7 Mei 2006, selepas Mu’allim mengajar di Masjid Pondok Indah, beliau mengeluh sakit pada jantungnya. Akhirnya dalam perjalanan menuju RSPP Pertamina, beliau kembali berpulang ke pangkuan Allah dengan Husnul Khotimah. Banyak para muridnya yang terkejut mendengar berita tersebut. Tak hentinya mereka datang ke kediaman Mu’allim di daerah Kebayoran, untuk mensholati dan mendo’akan kepergian beliau. Bahkan disebutkan sholat jenazah dilakukan tak putusnya mulai dari siang sampai malam hari. Sungguh ketika itu Ummat Islam, khususnya di Indonesiatelah kehilangan putra terbaiknya.

Lahu Al-Fatihah.....
*HUBUNGAN KAKAK-ADIK* 😗

Hubungan persaudaraan yang sebenarnya adalah ketika *_saudaramu sdh sama2 berumah tangga...._*

Akankah hubungan itu masih sama ketika masa kecil dahulu...ketika bertengkar kemudian bermain bersama lagi....

Ketika ada yg mengganggumu...kemudian kau panggil kakakmu....lalu dg badannya yg lebih besar dia membelamu Krn kau adalah adiknya...

Atau ketika kau membela adikmu yg memang bersalah.....demi sebuah kata *_Krn dia adikku_*

Ketika makanan yang dihidangkan ibumu....dibagi bersama saudaramu
Satu makan tempe maka semua tempe....tak ada yg dipilih kasih...satu makan telor maka dibagilah telornya jika hanya satu butir

Atau ketika bapakmu pergi kondangan dan membawa....satu tempat makanan....pasti berebut makanan kesukaan....tapi ujung2x....makan bersama dalam satu wadah

*_Ah.....betapa akan sangat dirindukan hal2 seperti itu_*

*_Akankah moment kebersamaan itu masih ada ketika kalian sdh berumah tangga???_*

Ketika satu menjadi kaya yg lain hanya biasa saja..

..ketika satu menjadi org terhormat sementara yg lain hanya jd rakyat biasa....atau ketika yg satu telah menjadi sangatlah alim....tapi yg lain masih mencari jati diri....belum dibukakan hidayah....maka selayaknya....saudara tetaplah saudara...

dilahirkan dari ibu dan bapak yang sama...maka darah saudaramu juga sama denganmu...sudah sepatutnya saling mengingatkan....saling membantu... saling bergandengan tangan.....

*_karena sesungguhnya saudaramu jauh di lubuk hatinya akan juga mendoakan mu...._*

Ketika kau menjadi kaya...saudaramu tdk akan meminta hartamu tapi dg bangga dia akan berkata..pada semua orang "lihatlah...saudaraku sudah jadi orang kaya".....

*_Yang jadi ujian adalah ketika saudaramu terpuruk....akankah kalian meninggalkan atau melambaikan tanganmu utk merengkuhnya???_*

Coba tanya hatimu sendiri....
Karena saudara bukan hanya perkara harta, bukan pula masalah yang bermartabat atau tidak, bukan pula masalah siapa yang dekat pada Sang Pencipta atau tidak..... *_tapi ini masalah hati_*😥

Ingatlah....belum tentu saudaramu yg terpuruk akan selamanya terpuruk.....tak pasti juga dia yg sekarang jadi orang brutal esok juga akan tetap sama....

Dan belum tentu yang sekarang kaya akan selamanya kaya.... yang sekarang alim akan tetap alim.. Karena hanya Tuhanlah yg tahu

Jagalah saudaramu selagi ada....dalam keadaan apapun...Krn kelak dia juga akan menjagamu....walaupun hanya lewat doa 🙏🙏😊😊

BARAKALLAHU FIKKUM.......

Kamis, 02 November 2017

🍃🌸 Seri Tadabbur Monev Odoj
*Tadabbur Surat an nisa ayat 106-113*

وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (١٠٦)

106. dan mohonkanlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

وَلا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا (١٠٧)

107. Dan janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa,

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا (١٠٨)

108. mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridhai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.

هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ جَادَلْتُمْ عَنْهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَمَنْ يُجَادِلُ اللَّهَ عَنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْ مَنْ يَكُونُ عَلَيْهِمْ وَكِيلا (١٠٩)

109. Itulah kamu! Kamu berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini, tetapi siapa yang akan menentang Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap azab Allah)?

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا (١١٠)

110. Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْمًا فَإِنَّمَا يَكْسِبُهُ عَلَى نَفْسِهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (١١١)

111. Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا (١١٢)

112. Dan barang siapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian dia tuduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sungguh, dia telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata.

وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا (١١٣)

113. Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar.


Tadabbur:

Ayat 106 terkait dengan ayat sebelumnya. Allah memerintahkan kaum mukmin beristighfar pada Allah dengan banyak karena dalam pelaksanaan agamanya pasti banyak kelemahan dan kesalahan. Dengan beristighfar, Allah akan menghapus kelemahan dan kesalahan yang kita perbuat.

Sedangkan ayat 107-113 menjelaskan larangan berdebat dengan orang-orang yang berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka selalu menjaga citra di hadapan manusia, tapi tidak mau menjaganya di hadapan Allah, padahal Allah selalu memonitor semua perbuatan mereka. Karena ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu.

Allah melarang kaum muslimin untuk berdebat demi membela para pengkhianat di dunia, padahal di akhirat nanti mereka tidak akan mendapatkan pertolongan dan pembelaan dari Allah. Kalau pernah berdebat membela mereka, maka segeralah bertaubat kepada Allah.

Siapa yang berbuat dosa atau menganiaya diri, kemudian ia bertaubat, pasti Allah ampuni. Setiap dosa yang dilakukan pasti akan ditanggung oleh pelakunya. Menuduh orang yang tidak bersalah, adalah perbuatan kebohongan dan dosa besar.

Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah niscaya tidak ada satupun dari kaum mukmin yang lolos dari makar kesesatan yang dilancarkan musuh-musuh Islam. Dengan berbekal Al Qur’an, hikmah dan ilmu yang diajarkan Allah, maka kaum mukmin bisa selamat dari upaya penyesatan yang dilakukan musuh-musuh Allah terhadap mereka.

↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭

 Dipersilahkan jika ada yang ingin menshare / atau membagikan materi KontaQ, namun terkait adab menuntut ilmu supaya mendapat berkah dari ilmu yang dibagikan agar mencantumkan sumber asli yaitu paragraf dibawah ini:

↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭

 Mushaf Tadabbur

 Ustd. Fathuddin Ja’far, MA

 Komunitas Tadabbur Al-Quran (KontaQ)

 CP : 081906063951

kontaq.tadabburquran@gmail.com

↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭

 Pendaftaran Grup Kontaq

 http://bitly.com/DaftarKontaQ_G3

Akhwat :


Format:Daftar KontaQ3#Nama  #usia#jenis kelamin#domisili#pekerjaan#No.telegram aktif
R E N U N G A N

AL QURAN & UMUR

Berkata Abdul Malik bin Umair:

"Satu-satunya manusia yang tidak tua adalah orang yang selalu membaca Al-Quran".

"Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca Al-Quran".

Berkata Al-imam Qurtubi :
"Barang siapa yang membaca Al-Quran,  maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".

Imam besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim Rahimahullah.

"Perbanyaklah membaca Al-Quran jangan pernah kau tinggalkan, kerana sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".

Berkata Ibnu Solah :

"Bahawasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca Al-Quran,  maka oleh kerana itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengar saja dari bacaan manusia".

Berkata Abu Zanad :

"Di tengah malam,  aku keluar menuju masjid Rasulullah SAW sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan padanya ada yang membaca Al-Quran".

Berkata sebagian ahli tafsir :

"Manakala kita menyibukkan diri dengan Al-Quran maka kita akan dibanjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia".

"Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufiqnya kepada Kami dan semua yang membaca tulisan ini untuk selalu membaca Al-Quran dan mengamalkan kandungannya".

Bila anda Cinta pada Al-Quran maka sebarkanlah. Demi Allah, sekian banyak orang yang membaca Al-Quran maka pahala akan mengalir pada anda.

Umur kita terlalu singkat
... hingga ALLAH kurniakan  Lailatul Qadar untuk menambah umur amal.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH pinta bersilaturrahim untuk memanjangkannya.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan Puasa Enam hari di bulan Syawal seperti berpuasa setahun.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan baca Surah Al-Ikhlas seperti membaca sepertiga Al-Quran.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan Solat di Masjidil Haram seperti solat 100 ribu lebih di masjid lain.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan Solat berjemaah nilainya 27x lebih daripada solat sendirian.

Hidup ini terlalu singkat
... ALLAH kurniakan satu huruf bacaan Al-Quran dengan 10 pahala/kebaikan.

Hidup ini terlalu singkat
...ALLAH kurniakan siapa yg beramal jariyah, share ilmu yang bermanafaat, dan mengusahakankan anak2nya jadi anak yg soleh, pahalanya akan terus mengalir ke alam kuburnya.

Wahai diri..., usia umat Nabi Muhammad SAW rata2 hanya 63 - 65 tahun. Kalau saat ini usia kita Sudah 45 tahun, paling lama 20 tahun lagi Malaikat Al Maut akan menjemput kita..

HIDUP INI TERLALU SINGKAT... JANGANLAH DI SIA-SIAKAN KESEMPATAN YANG DIBERIKAN ALLAH SWT. ...
Baarakallah......
*Zaid bin Tsabit Al Anshoriy* – Penerjemah Rasulullah


Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam atas Rasulullah.

Tahun itu, tahun kedua Hijriyah, Kota Madinah sedang sibuk persiapan perang Badar. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wassalam melakukan pemeriksaan terakhir pasukan yang akan menuju Badar. Di sela-sela barisan pasukan tersebut ada seorang pemuda belia yang umurnya belum genap 13 tahun. Ia membawa pedang yang panjangnya hampir setara dengan dirinya atau bahkan lebih. Terlihat jelas semangat yang berapi-api dari diri pemuda beliau tersebut.

Pemuda tersebut mendekat dan berkata pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, izinkan aku bersamamu untuk memerangi musuh-musuh Allah dan berjihad dibawah pimpinanmu?” Rasulullah pun memandangnya dengan pandangan penuh kebahagiaan dan takjub. Rasulullah pun memukul dengan lembut pahanya, menghibur dan menyuruhnya untuk pulang karena usianya masih terlalu dini untuk ikut berperang. Pemuda itupun kembali sambil menyeret pedangnya karena sedih tidak bisa mengikuti perang yang pertama kali Rasulullah pimpin. Siapakah pemuda itu? Dialah Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu.

Menjadi Penerjemah Rasulullah

Tidak berhasil menemani Rasulullah di medan Badar, Zaid –diusianya yang masih belia tersebut- berusaha mencari jalan agar bisa dekat dengan Rasulullah. Ia ingin melakukan sesuatu untuk Islam dan kaum Muslimin. Akhirnya ia mendapatkan ide untuk memanfaatkan ilmu dan kekuatan hafalan yang ia miliki. Ia membisikkan ide tersebut pada ibunya (An Nawaaru bintu al Malik). Ibunya pun senang dengan ide tersebut dan optimis bisa terwujud. Ibunya lalu menyampaikan ide tersebut pada sekelompok laki-laki dari kaumnya untuk kemudian disampaikan kepada Rasulullah. Mereka pun menemui Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, ini anak kami Zaid bin Tsabit hafal 17 surat dari Kitabullah. Ia membacanya dengan benar sebagaimana diturunkan padamu. Lebih dari itu, ia pandai dalam membaca dan menulis. Dia ingin dekat dan selalu menemanimu… dengarkanlah darinya jika Engkau mau.”

Rasulullah menyimak sebagian bacaan Al Qur’an Zaid dari yang ia hafal. Rasulullah pun merasa bahagia dan takjub karena bacaan Zaid yang lancar, jelas dan menyentuh hati. Rasulullah pun bersabda padanya, “Wahai Zaid, pelajarilah kitabnya umat Yahudi untukku, sesunggunya saya tidak membuat mereka percaya dengan apa yang aku katakan..” Zaid menjawab, “Labbaika (aku penuhi seruanmu) ya Rasulullah!”. Ia pun mempelajari bahasa Ibrani dan dapat menguasainya dalam waktu singkat. Sehingga ia menjadi penulis surat jika Rasulullah ingin mengirimi kaum Yahudi surat dan sebaliknya membacakan untuk beliau jika mereka mengirimi beliau surat. Ia pun kemudian mempelajari bahasa Suryani atas perintah Rasulullah juga. Maka jadilah Zaid sebagai penerjemah Rasulullah.

💟 *Page 1*

*Menjadi Penulis Wahyu*

Seiring berjalannya waktu, berkat kepandaian dan sifat amanah yang ada pada diri Zaid maka Rasulullah mengamanahinya untuk menulis wahyu yang diturunkan pada beliau. Jika turun sebagian dari ayat Al Qur’an maka Zaid pun dipanggil dan diperintahkan untuk menulisnya. Dengan demikian, Zaid bin Tsabit mentallaqi Al Qur’an langsung dari Rasulullah. Dia mengambil langsung Al Qur’an dari lisan Rasulullah yang mulia dan dibarengi dengan mengetahui asbabul nuzulnya sehingga jiwa dan akalnya tersinari dengan ayat-ayat tersebut.  Maka jadilah Zaid sebagai penjaga al Qur’an dan sebagai rujukan utama setelah wafatnya Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam. Dialah yang memimpin untuk mengumpulkan Al Qur’an di zaman khalifah Abu Bakar As Siddiq radhiyallahu anhu. Dia juga yang ditunjuk untuk mengawasi penyatuan mushaf di zaman kalifah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Ini semua tidak lain menunjukkan keutamaan Zaid bin Tsabit.

*Saat Wafatnya Rasulullah*

Zaid bin Tsabit tumbuh dalam pancaran dan bimbingan Al Qur’an. Pancaran al Qur’an telah menunjukkinya kepada pendapat yang benar saat terjadi beberapa peristiwa pelik dan genting (dimana orang-orang yang berilmu pun menjadi bingung pada saat-saat itu). Salah satu peristiwa penting yang menunjukkan keutamaan Zaid adalah saat para sahabat berselisih pendapat siapa yang akan menjadi khalifah (pengganti) Rasulullah setelah beliau wafat. Orang-orang Muhajirin mengatakan bahwa mereka lebih utama untuk menjadi khalifah. Begitu juga Anshor mengatakan mereka lebih utama. Sebagian yang lain mengatakan bahwa hendaknya masing-masing memiliki pemimpin. Hampir-hampir terjadi fitnah besar diantara sahabat padahal jasad Rasulullah belum dikuburkan. Zaid pun mengucapkan kalimat yang agung dan meredakan suasana. Beliu berkata, “Wahai sekalian Anshor, sesungguhnya Rasulullah adalah dari Muhajirin, maka khalifahnya pun dari Muhajirin semisalnya. Dan sesungguhnya kita adalah para Anshoru (penolong) Rasulullah maka hendaknya kita menjadi penolong khalifah setelahnya dan membantunya diatas al Haq”. Lalu ia pun menjulurkan tangannya pada Abu Bakar as Siddiq sambil mengatakan “Ini adalah khalifah kalian maka bai’atlah dia!”

💟 *Page 2*

*Sanjungan Para Sahabat Pada Zaid bin Tsabit*

Khalifah Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia, barangsiapa ingin bertanya tentang al Qur’an maka bertanyalah pada Zaid bin Tsabit. Dan barangsiapa ingin bertanya tentang fikih maka bertanyalah kepada Muaz bin Jabbal. Dan barangsiapa ingin menanyakan(meminta) tentang harta maka datanglah kepadaku karena sesungguhnya Allah telah menjadikan aku sebagai wali dan pembagi untuknya.” Para penuntul ilmu di kalangan sahabat dan tabi’in mengetahui betul keutamaan Zaid bin Tsabit. Mereka benar-benar mengakui ilmu yang dimiliki Zaid bin Tsabit.

Suatu ketika Abdullah bin Abbas (samudra ilmu umat ini) melihat Zaid bin Tsabit mau menaiki tunggangannya. Maka Ibnu Abbas pun berdiri di depannya, lalu memegang tunggangan tersebut agar Zaid naik dan mengambil tali kekangnya. Zaid pun mengatakan padanya, ”Tinggalkan itu wahai anak paman Rasulullah!” Abdullah menjawab “Demikian kami diperintah untuk memperlakukan (menghormati) ulama kami.” Zaid pun mengatakan, “Keluarkan tanganmu”. Lalu Ibnu Abbas mengeluarkan tangannya lalu Zaid menciumnya dan berkata, “Demikian kami diperintah untuk memperlakukan ahli bait Rasulullah.”

Demikian sekilas tentang kehidupan Zaid bin Tsabit. Semoga Allah menumbuhkan pada hati kita rasa cinta pada seluruh para sahabat Rasul dan kita diberi kekuatan untuk meneladani mereka. Amien.

Disarikan dari Suwarun min Hayati Ash Shahabahkarya Dr. Abdurrahman Ra’fat Al Basya.



Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 13/11/1434.

www.ukhuwahislamiah.com

💟 *The end*