SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT

Minggu, 21 Agustus 2011

SEPULUH TAHUN SILAM……
Hari ini tak seperti biasanya, hari ini adalah hari Aku mulai membuka praktek  dokter di rumahku…wuihhh bahagianya , Aku benar-benar ingin mengaplikasikan ilmuku didunia nyata sekaligus beramal sholeh., kini saatnya Aku ingin membahagiakan ibu dan adik-adiku dari jerih payah dan tangis yang pernah kami keluarkan dalam perjalanan hidup ini,  dan saat ini ada asa besar yang akan Aku  wujudkan kepada sosok wanita  yang telah melahirkan ku ke dunia ini, selintas terbayang wajah Emak yang sabar dan penyayang, yang sayangnya tidak hanya kepadAku saja tetapi kepada tetanggAku yang lain, tak heran banyak tetangga yang sering datang kerumah untuk memberikan  kelebihan rezeki mereka untuk Aku dan Emakku nikmati juga, biasanya Emak selalu menyisakan makanan nan sedap dari tetangga apabila Aku sedang tidak ada dirumah, terlebih- lebih ketika saat Aku akan menghadapi ujian akhir kuliahku, Emak begitu tekunnya mengingatkanku agar Aku tidak lupa makan, bahkan menyediakan beberapa mie instan untukku bila saat malam nanti Aku bangun untuk belajar dan kemerasakan lapar Aku bisa  memasaknya, “ Ti…nich Emak letakkan mie di dalam lemari dapur,  kalau-kalau kamu lapar nanti malam, tapi jangan sampai kekenyangan ya ti, nanti kamu nggak bisa belajar lagi…malah tidur karena kenyang. Jangan lupa shalat tahajud, agar Allah SWT memberi kemudahan kamu dalam ujian Sidang besok” begitu pesan Emak panjang padAku, selalu begitu kalau Aku mau ulangan apalagi ujian ini adalah sidang , Aku jadi hapal bait per bait, ucapan Emak. “ Iya mak, makasih, Emak jangan repot-repot sama siti, kalau lapar siti kan bisa makan nasi dingin yang masih ada di meja sama lauk yang sisa, kalau masih bisa dimakan , mending uangnya Emak simpan saja buat keperluan besok, siti juga kan sudah mulai mengurangi makan mie instan mak, karena kalau banyak dan sering nggak bagus buat kesehatan mak,..” ucapku lirih, agar tidak menyinggung perasaannya. Yah…begitulah semenjak Bapak meninggal 8 tahun yang lalu, Aku dan Emak memang hidup memprihatinkan, tidak ada harta yang ditinggalkan Bapak , kecuali rumah yang kami tinggali saat ini, namun bagiku Aku dan Emak selalu bersyukur pada yang Kuasa, karena kami tidak perlu repot-repot mencari uang untuk membayar   sewa rumah, karena itulah warisan kakek yang Bapakku dapati, selain itu Bapak juga tidak meninggalkan hutang semasa hidupnya, sehingga kami tidak dibebankan oleh hal-hal tersebut . Bapak terkenal sangat jujur semasa hidupnya, tegas dan keras, namun beliau pribadi yang sangat rendah hati dan tidak menyenangi permusuhan kepada siapapun, walaupun dia harus kehilangan apa yang telah menjadi haknya, seperti yang dialami Bapak semasa hidupnya. Walaupun Bapak anak bungsu dari dua bersaudara, namun Bapak tidak pernah mau menengadahkan tanganya ke kakek tanpa melAkukan suatu usaha, biasanya menurut cerita Bapak kalau Bapak minta dibelikan sepatu , pasti Bapak akan bangun pagi-pagi dan mengisi bak sumur untuk kakek dan nenek mandi, dan walaupun kakek nenek tidak mewajibkan hal itu namun Bapak melAkukannya dengan ikhlas semata bukan karena suau imbalan, dan ada kalanya dengan usaha yang dia keluarkan belum tentu di berikan ingatanku berulang pada tiga tahun yang silam , ketika saat itu Aku duduk di kelas 3 SMP, saat itu Aku mendengar suara ribut-ribut  dari ruangan tamu.” Pokoknya, tanah di jalan raya panjang itu harus dijual, untuk melunasi hutang pengobatan Ayah kepadAku waktu ayah masih hidup” begitu suara lantang dari Paman Herman, jelas sekali kudengar, “ Iya..tapi kan biaya itu telah kita bagi-bagi secara adil untuk pengobatan ayah, dan Mas Her memang yang paling besar biaya pengeluarannya, tapi itu kan seimbang dengan tanah dan rumah yang telah Mas tempati sekarang, jadi rasanya wajar kalau Mas Herman paling besar biayanya, dan lagian Mas Herman kan yang paling berkecukupan bahkan berlebih dibanding yang lain dan hal inipun telah kita sepakati bersama sewaktu dulu” begitu Bapak mencoba mengingatkan Paman. “ aagh…itu kan dulu, lagian  buat apa sih kita pakai cara patungan , kalau Ayah masih memiliki tanah yang letaknya strategis untuk dijual , buat apa harus kita yang menanggung” hardik Paman Herman. “ Astagfirullah….istighfar Mas , nggak baik mengungkit-ungkit yang telah kita berikan untuk orangtua ,apalagi orangtua kita sudah meninggal, mereka telah memberikan kita banyak kebutuhan sampai kita seperti sekarang ini” Ucap Bapak berusaha mengingatkan Paman Herman. “ Pokoknya Aku tidak perduli, Aku akan jual seluruh tanah Ayah, walau ini adalah yang terakhir, dan kamu  Dadang, kamu kan Adikku , tak pantas kamu mencegah apa yang akan Aku lAkukan, kalau kamu berusaha mencegah…tahu sendiri akibatnya.” Ancamnya kepada Bapak  sambil mengangkat jari telunjuknya kearah muka Bapak. Begitulah dialog akhir yang Aku dengar dari kedua bersaudara itu , yang ternyata adalah dialog terakhir pula dalam kehidupan persaudaraan mereka, karena semenjak itu Paman Herman benar-benar tidak mengindahkan ucapan Bapak , semua tanah warisan yang letaknya memang sangat staretegis dan banyak menjadi incaran para makelar tanah akhirnya telah berpindah tangan dalam hitungan beberapa hari saja semenjak perdebatan tersebut. Paman menjualnya dengan sangat murah menurut Bapak berdasarkan informasi yang Bapak peroleh dari beberapa tetangga,dan Paman Her sekarang tinggal di rumah yang sangat mewah, dan tak sepeserpun Bapak mendapatkan haknya atas penjualan tanah tersebut, namun bagi Bapak , harta banyak bukanlah tujuan hidup, begitulah yang selalu Bapak tanamkan pada kami , sehingga Aku sebagai anak sulung Bapak, tidak iri kepada rini anak Paman Herman yang juga sebaya dan satu kelas dengan ku, yang kemana-mana selalu diantar dengan mobil oleh sopirnya. Bagi Bapak , Aku dan dua adikku bisa sekolah itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi Bapak dan Emak. Inilah yang membuat Aku semangat dalam belajar, dan berusaha membantu meringankan beban Bapak dan Ibu dalam membesarkjan kami, dan walaupun Aku masih belajar di sekolah menengah atas, Aku sudah mulai memberikan les privat pada anak-anak SMP maupun SD yang tentu saja bayaran dari mereka, Aku gunakan untuk kebutuhan sekolahku dan dua adikku.  Saat ini Aku sudah lulus kuliah, ijazah sarjana S1 jurusan Kedokteran telah  kukantongi, dan Aku berhasil meraih gelar itu dengan predikat Cum Laude, Alhamdulillah semua kelulusan dan keberhasilanku tidak lepas dari pertolongan Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan kepadAku dalam belajar di fAkultas yang tidak semua orang mampu  menyelesaikan dengan mudah, apalagi harus nyambi pekerjaan lain sepulang sekolah, makan dengan gizi yang seadanya terhidang di meja itupun bila ada, dan alhamdulillah Aku mempunyai banyak tetangga yang baik-baik, semua biayAku ditanggung oleh mereka secara gotong royong, dan memang ada tetangga dekat rumahku yang menjadi donatur tetap biaya kuliahku juga adik-akdikku,   dia adalah Pak H.Burhan yang memang seluruh anak-anaknya telah menjadi orang yang berhasil dan tidak tinggal lagi dirumah besar itu, dan awalnya pak burhan ini memang ingin sekali punya anak yang sekolah di kedokteran , namun karena ketiga anaknya tidak ada yang berminat pada kedokteran melainkan pada bidang bisnis, sehingga cita-cita itulah yang diamanahkan kepada ku, dia pernah bilang padAku “ Siti.. bukan Bapak mEmaksa siti untuk harus mengikuti keinginan Bapak, tapi kalau siti lihat bahwa dengan menjadi dokter, maka siti akan mempunyai kesempatan untuk menolong banyak orang, terutama orang yang tidak mampu” begitu nasihtanya, memang sebelum pak burhan  berbicara seperti itu, Aku juga sangat ingin sekali untuk menjadi dokter,  karena beberapa tahun yang lalu, Aku sangat tidak berdaya menghadapi kepergian Bapak, yang meninggal dipangkuanku,  saat itu Bapak terkena penyakit Jantung,  Aku ingin membawa kerumah sakit, saat nafas Bapak masih terdengar, namun…Aku  dan ibu tidak punya uang, kucoba meminjam uang kepada Paman Herman, namun hanyalah amarah yang Aku dapat “ Tidak ada uang…kamu pikiri Aku tempat penyimpanan uang… pergi sana… bila saatnya memang harus meninggal…relakan saja..” hardiknya. PadAku “ Astaghfirullah…” batinku , Aku tidak bisa berbuat banyak, Aku hanya menangis disepanjang jalanku mengingat perlAkuan Paman Herman dan istrinya kepadAku , dan inilan awal mulanya Aku dipertemukan Allah SWT kepada seorang pria tua yang umurnya mungkin sekitar 65 tahunan yang ternyata bernama Haji Burhan yang saat itu dari jauh Aku lihat dia sedang berusaha kembali ke jalan setapak yang tadi dia telah lewati  untuk mengambil koyah hajinya karena memang tadi angin agak besar, sepertinya kopyahnya tidak terlalu masuk dikepalanya, sehingga terbang terbawa angin, namun sebelum dia berusaha balik mengambil kopyahnya Aku sudah memungut kopyah itu dan kuberlari kearah pak haji tersebut “ ini , pak haji kopyahnya.., tadi ada disana” katAku sambil menyerahkan kopyah itu,” Makasih ya…neng, udah mau ngambilin kopyah pak haji” katanya seperti mengayomi.” Sama-sama pak haji..” katAku sambil berlalu namun masih agak sesegukan. “ Neng…ini ada sedikit buat ongkos neng…”…panggilnya, membuat ku berbalik badan menghadap ke arah pak haji.” Nggak usah pak haji…siti ikhlas koq. Lagian kan sudah kewajiban siti buat nolongin orang lain.,..yang butuh pertolongan…permisi ya pak haji,…assalamu’alaikum” katAku lagi.” Neng…” panggilnya lagi, yang membuat langkahku terhenti..” Koq neng…nangis sih , ada apan neng, siapa tahu pak haji bisa Bantu..” katanya dengan keBapakan.” Bapak  siti lagi sakit pak haji…mau dibawa ke rumah sakit tapi siti dan Emak nggak punya duit..” katAku menjelaskan.” Kalau gituh sekarang aje yo’ kite bawa kerumah sakit yang paling mahal…” katanya lagi..” jangankan yang mahal pak haji, yang murah aja siti nggak bisa bayar, gimana yang mahal, hanya Allah yang mampu memberikan jalan ke siti, untuk bawa Bapak ke rumah sakit” jelasku sambil berdoa pada Allah di tengah kepiluan hati ini, tapi tiba-tiba pak haji itu mengeluarhan handphonenya dan memintAku untuk menunggu sebentar, lalu tidak lama berselang dari waktu pak haji telepon dari kejauhan datang sebuah mobil mewah yang ternyata milik Bapak haji tersebut, yang ternyata adalah seorang yang kaya dan rumahnya tidak berjauhan dengan tempat dimana Aku bertemu dengan pak haji saat itu. Dan akhinrya Nyawa ayah tidak bisa diselamtkan lagi, manusia bisa berencana , Allah jualah yang menentukan semuanya , namun bagiku Aku menjadi lebih tenang ditinggalkan ayah karena kami telah berikhtiar dalam berusaha menyelamatkan nyawa ayah , terlebih-lebih ayah dibawa ke rumah sakit paling mewah di daerah  kami, dan  sejak sepeninggal ayah pak haji burhan berniat menjadi orangtua asuh untuk Aku dan dua adikku, “ Ya..Allah …terimakasih atas nikmat-Mu, semoga Aku bisa menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur dan mampu mengemban amanah dari_Mu, dan semoga pak Haji Burhan Engkau berikan kesehatan  dan keberkahan akan harta-nya amien” doAku, karena rasa syukur dan dzikir yang tak pernah habis kuukir dalam hati dan ucapku…Sesaat Aku tersentak karena suara azan zuhur membuyarkan lamunanku, karena keberhasilanku  tak lepas dari semua pihak keluyarga termasuk pak haji burhan sebagai orang tua asuhku.
Setelah melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah dengan ibu di rumah..tiba-tiba ada hal yang Aku tanyakan pada Ibu “ mak…Paman herman sekarang tinggal dimana yah…”katAku hati-hati..sambil mencium tangan Emak.” Emak juga nggak tahu nak, terakhir Emak dengar , dia sudah tidak tinggal dirumah yang dulu lagi, katanya rumah itu dijual dan dia beli rumah baru di tempat lain agak pinggiran , tapi Emak  nggak tahu  lagi selain itu, kita doakan saja biar pada sehat yah ti..” kata Emak..dengan tulusnya” iya…mak”.katAku pamit untuk kembali keruang praktek karena beberpaa pasien sudah menungguku, entahlah sampai saat ini Aku masih belum bisa melupakn perlAkuan kasar yang kutrima dari Paman herman, entah sampai kapan…
Hari berganti hari, begitupun minggu, bulan dan tahun, genap dua tahun sudah Aku telah membuka praktek dirumahku, namun hari ini, Aku melihat pemandangan lain di depan pagar rumahku , kulihat ada  seorang pengemis kotor sedang menggaruk –garuk kulitnya hingga mengeluarkan darah dari tiap garukkannya , mungkin karena demikian sakitnya hingga dia tak sabar untuk menggaruk tangan dan sekujur tubuhnya yang lain, tak heran setiap orang yang melewatinya selalu memalingkan muka, menutup hidung, dan ekspresi lainnya yang beragam terhadap pengemis itu. Akupun jadi penasaran dibuatnya apa yang menyebabkan pengemis itu berada di depan pintu pagar rumahku, karena sedikit banyaknya akan membuat orang yang hendak berobat ke tempat praktekku jadi mengurungkan niatnya…” Maaf Bapak…Bapak mau berobat?” kataku pelan namun agak menjauh…” tidak…nak..Bapak sedang mencari keponakan Bapak yang dulu pernah Bapak usir…tapi Bapak tidak tahu kemana mereka pada pergi…Bapak menyesal telah mengusir mereka…” katanya dengan susah payah..” Opss..tunggu dulu…seketika lamunanku kembali pada kejadian sepuluh tahun silam…jangan…jangan ini Paman hermanku yang dulu yang penuh dengan amarah dan nafsu angkara murka , sesaaat pikiranku bermain main dengan jahilnya, seakan-akan setan datang merayuku untuk menjadi sahabatnya, Aku tak lagi mendengarkan cerita pengemis itu yang ceritanya sama dengan cerita yang Aku alami sepuluh tahun silam, orang itu itu bilang telah tobat dan ingin menebus kesalahannya pada keponakannya itu yang tak lain adalah Aku sendiri, namun dia tidak menyadari hal itu, sekali lagi Aku akan memainkan peranku sebagai orang jahat ,seperti yang dulu pernah ia lAkukan , batinku…Astaghfirullahaladziim…tiba-tiba Aku tersentak  sendiri yang membuat heran pengemis itu melihat Aku mengeluarkan air mata, Aku berkali-kali istighfar…nyaris saja Aku menjadi budak syetan…Aku lupa nasehat yang disampaikan Pak Haji Burhan waktu dia menolongku saata itu, agar Aku tidak dendam kepada orang yang telah menyakitiku seberapapun jahatnya orang itu…..dan Aku sadar, bahwa karena kekejamannyalah saat itu ,yang sekarang membawa Aku menjadi orang yang mandiri dan sukses bersama keluargAku….batinku lagi,…akhirnya…..kuajak masuk pengemis itu kedalam rumah yang tak lain adalah Pamanku….kubersihkan kotoran yang melekat pada kakak Bapakku itu…dan kulihat  dia hanya menatapku penuh dengan keheranan……..


                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat