SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT

Senin, 19 Agustus 2019

Meneladani Sifat Nabi Musa ‘Alaihissalam

Suatu ketika Rasulullah Saw melakukan pembagian (harta ganimah), tiba-tiba ada seseorang berkata, “Sesungguhnya Muhammad tidak menghendaki ridha Allah dengan pembagian ini.”

Mendengar selentingan tersebut, Abdullah Ibnu Mas’ud langsung berkata, “Hai musuh Allah, camkanlah, sesungguhnya aku benar-benar akan menceritakan apa yang kamu katakan itu kepada Rasulullah.”

Lalu Ibnu Mas’ud menceritakan hal itu kepada Nabi Saw, tetiba saja wajah beliau berubah menjadi merah kemudian bersabda:

رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى مُوسَى، فَقَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرِ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

“Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada Musa, sungguh dia pernah disakiti lebih dari ini, tetapi ia bersabar,” (HR. Bukhari-Muslim)

Riwayat di atas menunukkan bahwa ketika disakiti oleh kaumnya, Rasulullah SAW langsung mengingatkan kesabaran Nabi Musa ketika menghadapi Bani Israil yang terkenal dengan sifatnya yang ngeyel. Selain terkenal dengan badannya yang kuat, Nabi Musa juga disebutkan oleh Allah sebagai pribadi yang pemalu dan banyak bersabar dengan cobaan.  Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:

وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا

“Aku akan mengujimu dengan berbagai macam ujian.” (QS. Thaha: 40)

Ujian yang dialami Musa memang cukup berat. Mulai dari beliau dilahirkan hingga berhasil meruntuhkan kekuasaan Fir’aun. Lalu dilanjut lagi dengan ujian dari umatnya yang keras kepala. Suatu ketika Said bin Jubair pernah bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma perihal ayat yang disebutkan di atas. Karena banyaknya bentuk ujian yang harus disebutkan, Ibnu Abbas berkata, “Hai Ibnu Jubair, ajukanlah pertanyaanmu itu besok pagi, karena sesungguhnya jawabannya mengandung kisah yang panjang.”

Esoknya, Ibnu Abbas membaca ayat-ayat yang menceritakan Musa dari awal. Mulai dari kisah Firaun melakukan pembantaian terhadap bayi lelaki, kemudian Musa dilempar ke sungai dan diselamatkan oleh keluarga Firaun. Kemudian kisah Musa menarik jenggotnya firaun, hingga Musa diberi pilihan antara kurma dan bara. Termasuk kisah dia membunuh orang mesir, lalu dia lari ke Madyan dan menikah dengan salah satu putri orang tua di Madyan. Kemudian Musa kembali ke Mesir, dan beliau salah jalan di kegelapan malam, hingga beliau melihat api dan mendapat wahyu dari Allah.

Setelah Ibnu Abbas menyebutkan semuanya, dia mengatakan, “Hai Ibnu Jubair, peristiwa itu merupakan sebagian dari fitnah (cobaan) sesudah semua cobaan yang ditimpakan kepada Musa’,” (Tafsir Ibn Katsir, 5/285).
Nabi musa memang berhasil melewati ujian dengan sifat sabarnya yang tinggi. Ketika harus menghadapi kekejaman Fir’aun, di saat yang sama Nabi Musa juga harus bersabar atas perlakuan Bani Israil terhadap dirinya. Beliau dituduh dan dihina oleh kaumnya itu memiliki cacat dan penyakit yang menjijikkan di tubuhnya, juga pernah dituduh berzina, penyihir dan sebagainya. Namun semua itu beliau lalui dengan bersabar dan menyerahkan urusannya kepada Allah semata. Karena banyaknya cobaan tersebut, beliau digolongkan termasuk salah di antara Ulul Azmi (rasul pilihan yang memiliki keteguhan hati dan ketabahan yang luar biasa).

Selain sifatnya yang sabar, Al-Quran juga menyebutkan bahwa beliau adalah sosok Rasul yang selalu menepati janji dengan manusia, yakin dengan segala ketetapan Allah, tawadhu’, amanah dan memiliki hati yang lapang. Sebagaimana dalam salah satu permohonannya kepada Allah Ta’ala:

Nabرَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي

“Ya Rabbku, lapangkanlah dadaku,” (QS. Thoha: 25)

Berikutnya Al-Quran juga menceritakan sosok Musa yang memiliki kuatan fisik yang luar biasa. Terbukti ketika beliau mampu mematikan lawan dengan sekali pukulan. Tidak hanya itu, ketika beliau pindah ke kota Madyan, oleh salah seorang putri yang ditolongnya ketika menimba air berkata kepada bapaknya:

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Al-Qashsas; 26)

Meskipun memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata orang pada umumnya, Namun Nabi Musa tidak lantas menjadi sosok yang sombong, kasar dan berbuat sekehendaknya. Justru beliau menjadi Rasul yang pemalu dan sabar dengan tindakan kaumnya yang sering bertindak lancang terhadap beliau. Bahkan saat menghadapi Fir’aun, beliau tetap mendakwahkannya dengan cara lemah lembut.

Karena itu, perjalanan dakwah Nabi Musa benar-benar menjadi penghibur sekaligus motivasi bagi Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah. Sehingga ketika ada sikap umatnya yang melampaui batas, beliau hanya bersabda, “Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada Musa, sungguh dia pernah disakiti lebih dari ini, tetapi ia bersabar,” Dan sebagai umatnya, tentu kita juga harus menedani keluhuran akhlak para nabi tersebut. Wallahu a’lam bis shawab!

Penulis : Fakhruddin
Editor: Arju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat