KEMABRURAN
HAJI
Akhir bulan
November ini mulai berdatangan para jamah haji indonesia pulang ke tanah air ,
setelah lebih dari 3 minggu melaksanakan segala ritual ibadah haji sebagaimana
nabi Ibrahim dan rasulullah contohkan. Dan hanya satu keinginan para jamaah
haji yaitu HAJI YANG MABRUR, karena tidak lain balasan dari haji yang mabrur
adalah SURGA, itulah janji ALLAH SWT.
Namun Allah
SWT memberikan setiap orang untuk menjadi haji yang mabrur dengan berbagai cara
sesuai kehendaknya, bahkan orang yang tidak jadi berhaji pun , dapat menjadi
haji mabrur apabila Allah SWT telah kehendaki sebagaimana kisah berikut ini :
Sa’id Ibnu
Muhafah, Tukang Sol sepatu yang mendapatkan pahala haji mabrur, padahal ia
tidak haji, suatu ketika Hasan Al-Basyri menunaikan ibadah haji. Ketika beliau
sedang istirahat, beliau bermimpi. Dalam mimpinya beliau melihat dua Malaikat
sedang membicarakan sesuatu.
“Rasannya orang yang menunaikan haji
tahun ini, banyak sekali” Komentar salah satu Malaikat
“Betul” Jawab yang lainya.
“Berapa kira – kira jumlah keseluruhan?”
“Tujuh ratus ribu”
“Pantas”
“Eh, kamu tahu nggak, dari jumlah tersebut berapa kira – kira yang mabrur”,
Selidik Malaikat yang mengetahui jumlah orang – orang haji tahun itu
“Wah, itu sih urusan Allah”
“Dari jumlah itu, tak satupun yang mendapatkan haji Mabrur”
“Kenapa?”
“Macam – macam, ada yang karena riyak, ada yang tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu dan dia malah haji, ada yang hajinya sudah berkali kali, sementara masih banyak orang yang tidak mampu, dan berbagai sebab lainnya’
“Terus?”
“Tapi Masih ada, orang yang mendapatkan Pahala haji mabrur tahun ini”
“Lho katannya tidak ada”
“Ya, karena orangnya tidak naik haji”
“Kok bisa”
“Begitulah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq”
“Betul” Jawab yang lainya.
“Berapa kira – kira jumlah keseluruhan?”
“Tujuh ratus ribu”
“Pantas”
“Eh, kamu tahu nggak, dari jumlah tersebut berapa kira – kira yang mabrur”,
Selidik Malaikat yang mengetahui jumlah orang – orang haji tahun itu
“Wah, itu sih urusan Allah”
“Dari jumlah itu, tak satupun yang mendapatkan haji Mabrur”
“Kenapa?”
“Macam – macam, ada yang karena riyak, ada yang tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu dan dia malah haji, ada yang hajinya sudah berkali kali, sementara masih banyak orang yang tidak mampu, dan berbagai sebab lainnya’
“Terus?”
“Tapi Masih ada, orang yang mendapatkan Pahala haji mabrur tahun ini”
“Lho katannya tidak ada”
“Ya, karena orangnya tidak naik haji”
“Kok bisa”
“Begitulah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq”
Mendengar ucapan itu, Hasan
Al-Basyri langsung terbangun. Sepulang dari Makkah, ia tidak langsung ke Mesir,
Tapi langsung menuju kota Damsyiq (Siria). Sesampai disana ia langsung mencari
tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol
sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin
Muhafah.
“Ada, ditepi kota” Jawab salah
seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana Hasan Al-Basyri
menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Hasan Al-Basyri
“Betul, kenapa?”
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Hasan Al-Basyri
“Betul, kenapa?”
Sejenak Hasan Al-Basyri kebingungan,
dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal
mimpinya. “Sekarang saya tanya, adakah sesuatu yang telah anda perbuat,
sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur, barang kali mimpi itu
benar” selidik Hasan Al-Basyri sambil mengakhiri ceritanya.
“Saya sendiri tidak tahu, yang pasti
sejak puluhan tahun yang lalu saya memang sangat rindu Makkah, untuk menunaikan
ibadah haji. Mulai saat itu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja
saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Dan pada
tahun ini biaya itu sebenarnya telah terkumpul”
“Tapi anda tidak berangkat haji”
“Benar”
“Kenapa?”
“Waktu saya hendak berangkat ternyata istri saya hamil, dan saat itu dia ngidam berat”
“Terus?”
“Ngidamnya aneh, saya disuruh membelikan daging yang dia cium, saya cari sumber daging itu, ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh, disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil. Ia bilang tidak boleh, hingga saya bilang bahwa dijual berapapun akan saya beli, dia tetap mengelak.
Akhirnya saya tanya kenapa?.. “daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan” katanya
“Kenapa?” tanyaku lagi ,
“Karena daging ini adalah bangkai keledai, bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakanya tentulah kami akan mati kelaparan,”
Jawabnya sambil menahan air mata.
“Tapi anda tidak berangkat haji”
“Benar”
“Kenapa?”
“Waktu saya hendak berangkat ternyata istri saya hamil, dan saat itu dia ngidam berat”
“Terus?”
“Ngidamnya aneh, saya disuruh membelikan daging yang dia cium, saya cari sumber daging itu, ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh, disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil. Ia bilang tidak boleh, hingga saya bilang bahwa dijual berapapun akan saya beli, dia tetap mengelak.
Akhirnya saya tanya kenapa?.. “daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan” katanya
“Kenapa?” tanyaku lagi ,
“Karena daging ini adalah bangkai keledai, bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakanya tentulah kami akan mati kelaparan,”
Jawabnya sambil menahan air mata.
Mendengar ucapan tersebut spontan
saya menangis, lalu saya pulang, saya ceritakan kejadian itu pada istriku,
diapun menangis, akhirnya uang bekal hajiku kuberikan semuanya untuk dia”
Mendengar cerita tersebut Hasan
Al-Basyripun tak bisa menahan air mata.”Kalau begitu engkau memang patut
mendapatkanya” Ucapnya.
Demikian
kisah yang dapat menjadi renungan bagi kita untuk berfikir, apakah setelah
berhaji kita dapat mempertahankan ibadah kita sebagaimana ibadah di tanah suci,
karena ujian sesungguhnya adalah ujian di tanah air tempat dimana suasananya
adalah suasana bukan untuk beribadah, majemuk, dan disinilah kita sedang dalam
ujian ibadah kita. Akhirnya semoga kita bisa menarik hikmah dari setiap hal
yang dapat kita jadikan motivasi dalam
diri kita, bahwa haji adalah undangan Allah SWT dan Mabrur adalah kehendak
Allah swt bagi hamba-Nya yang berusaha untuk selalu memberikan performa
terbaik, insyua allah semoga kita menjadi hamba-Nya yang bertaqwa, amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat