JANGAN TAKUT HANTU...”
Berita Gembira
Krinnnnnggg.....
Krinnnnnggg.....
Krinnnnnggg.....
Telepon di rumahku berdering, kuhitung sudah lima kali bunyi deringan, namun tidak ada juga yang angkat telepon, uhhhh aku malas sekali untuk angkat telepon, maklumlah tempat telepon berada di ruang tamu sedangkan kamarku adalah kamar yang paling jauh dari ruang tamu,
”....kenapa sih gak ada yang angkat tuh telepon, pasti bukan buat aku deh...” gerutuku, dengan rasa malas, akhirnya aku hampiri telepon dengan segera, dan mengangkatnya....” “Hallo, ...bisa bicara dengan Ajie “ sambut suara di seberang telepon, eeeh malu juga nih ternyata buat aku deh teleponnya.
“ Iya, saya sendiri, ini siapa yah”
“ Aku Lia, Jiee, ...”.,
“ Lia ? Lia mana yah...”? tanyaku menegaskan
“ Lia , anaknya Pak Marsali, teman waktu SMP dan tetangga Jie..” jelasnya
“ Oh, Lia apa kabarnya..? “ sahutku senang, ternyata yang menghubungiku adalah Lia, teman sekolahku sewaktu kami masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Kami pernah satu kelas di SMP tepatnya kelas 1 , Lia anak yang pintar , kami sering belajar bersama sewaktu di SMP , selain itu jarak rumah Lia dan aku cukup dekat dan masih satu RW , namun walaupun rumah kami dekat tapi kami jarang bertemu, atau main layaknya anak-anak remaja, sepertinya kami memang sibuk dengan urusan kami masing-masing. Dan sewaktu lulus dari SMP kami memang tidak memilih sekolah menengah atas yang sama, Lia lebih memilih meneruskan sekolah di sekolah khusus agama sedangkan aku lebih memilih di sekolah umum, dan sejak lulus sekolah itulah kami sudah tidak pernah bertemu lagi, kecuali sama bapaknya Lia, Pak Marsali . Aku sering berpapasan dengan bapaknya Lia ketika aku mau berangkat sekolah . Bapaknya Lia ramah seperti anaknya, tak jarang , aku juga menanyakan kabar Lia pada bapaknya, kenangku sesaat, dari seberang telepon Lia menjawab pertanyaan ku
“ Alhamdulillah kabarku baik Jie, ...kalu Ajie apa kabarnya..? tanya Lia padaku
“ Alhamdulillah baik, ya, tumbenan nih telepon, ada angin apa nih? Tanyaku penasaran.
“ Gini Jie, Aku mau tanya , kamu masuk di IPB ya?
“ Koq tau Li,? tanyaku penasaran , koq Lia tahu padahal informasi aku dapat di IPB baru keluarga aku aja yang tahu. Kemarin memang secara serentak di sekolah-sekolah yang mendaftarkan siswanya untuk mengikuti jalur khusus masuk ke perguruan tinggi negeri diumumkan, dan Alhamdulillah aku masuk ke daftar siswa yang berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri tanpa ikut test, hanya dengan mengandalkan prestasi belajar yang stabil selama kelas 1 sampai kelas 3 ,akhirnya IPB menerima aku untuk menggali ilmu di universitas terkenal yang berada di kota hujan, demikian julukan kota Bogor tempat IPB bernaung. Masih jelas kuingat, ketika kami seluruh siswa kelas 3 dikumpulkan di lapangan untuk mendengarkan pengumuman dari Bapak L.Nadeak kepala sekolah SMA ku, dag dig dug juga saat mendengarkan satu per satu nama disebutkan beserta nama perguruan tinggi dimana siswa mendaftar.
“ Wina Agustina...kelas III Fisika 1 , berhasil masuk ke IKIP Bandung....,” ucap Pak Nadeak lantang, sesaat riuh bergemuruh suara siswa-siswi bertepuk tangan dan memberikan selamat kepada Wina,
“ Hardi Prasetyo...kelas III Fisika 1, berhasil masuk ke UNPAD Bandung....” lanjut Pak Kepala Sekolah, suara riuh kembali membuat pekak telingaku, sampai akhirnya Pak Kepala Sekolah diam sejenak, menunggu suasanan lebih hening...
Kemudian , satu per satu nama kembali disebutkan ada yang di terima di UI, UNDIP, tapi tak ada satupun namaku disebut khususnya UNDIP, padahal aku ikut juga ambil formulir di UNDIP Fakultas Kedokteran , kemudian, dengan agak gelisah aku dengar Pak Nadeak kembali mengumumkan hasil pengumuman...
“ Jihana OktafIra..kelas III Biologi 2, berhasil masuk IPB Bogor..”
Apa??? aku masuk IPB? beneran nih? hatiku masih gak percaya sampai akhirnya teman-teman memberi aku ucapan selamat, baru deh aku percaya, kalau ternyata Allah SWT memberikan IPB untuk tempat aku menuntut ilmu lebih tinggi lagi, sebelumnya aku takut juga , kalau aku diterima di UNDIP Fakultas Kedokteran , aku takut dengan biaya kuliahnya yang mahal , sedangkan bapakku dengan gaji PNS nya apakah bisa membiayai kuliah kedoketranku bila aku diterima di UNDIP, semua orang sudah tahu kalau kuliah di kedokteran butuh biaya yang tidak sedikit, namun Allah SWT maha tahu hikmah yang ada di setiap hal, dan alhamdulillah IPB lah yang Allah SWT pilihkan untukku. Seketika terlintas deh memori aku dulu waktu masih kelas 2 SD, aku bercita-cita ingin menjadi Insinyur Pertanian.
“ Jihana, cita-cita kamu ingin menjadi apa? Demikian Ibu Nani guru kelas SD ku menanyakan aku ketika semua anak diminta memikirkan cita-citanya,
“ Saya , mau jadi Insinyur Pertanian , Bu..” jawabku, dan aku masih ingat , di sampul muka bukuku yang memakai sampul kopi , aku selalu lengkap mengisi biodataku mulai dari nama, kelas, nama ayah, hobi dan cita-cita, yang selalu aku tulis ingin menjadi Insinyur Pertanian. Entah kenapa , aku sangat ingin menjadi Insinyur Pertanian, yang pasti berawal karena aku sering nonton televisi , zaman waktu aku SD saluran televisi yang ada hanya saluran TVRI, yang acaranya biasanya seputar pertanian, dan kalau melihat ada penyuluh pertanian, aku suka sekali melihat mereka, yang selalu mengajari petani menjadi pintar.
Kembali ke percakapan di teleponku dengan Lia tadi .
“ Iya Jie, kemarin bapak Lia ketemu Ka OJie kakaknya Ajie, katanya Ajie dapat IPB , Alhamdulillah Jie, Lia juga dapat di IPB nih, Lia seneng Jie, kalau ada temannya...” ucap Lia seneng.
“ Wah enak dong Li, kita bisa sama-sama ke Bogornya, syukur-syukur kita bisa satu kost..” timpalku sangat senang.
“ Iya Jie, rencananya bapak Lia besok mau ke Bogor, mau cari tempat kost, biar bapak Lia dulu aja yang cari, nanti kalau sudah ada tempat yang cocok , baru kita ikut bapak ke Bogor Jie, bapak mau cariin tempat kost kita yang lebih dekat dengan kampus, kata bapak, kalau ada kuliah malam , kita gak jauh pulang ke tempat kost, gitu kata bapak,Jie”
“Oke deh Li, aku ikut aja, soalnya aku juga gak pernah ke Bogor, gak tau cari kost dimana, kalau gitu titip minta cariin juga ya Li”
“Ya udah, nanti kalau bapak udah dapat kamar di Bogor , Lia telepon Ajie lagi ya, kalau kita sama-sama ke Bogornya kan lebih enak Jie , gak sendiri di kampung orang.., dan harus segera cari tempat kost, karena khawatir penuh dan dapat yang jauh”
“ Sipp, makasih banget ya Li, Alhamdulillah Lia udah telepon aku, kalau gak, aku gak tau kapan harus cari kamar kost dan cari dimana...”
“ Oke deh Ji, udah dulu ya , ntar tunggu telepon Lia lagi ya Jie...” ucap Lia sambil mengakhiri teleponnya
“ Makasih Ya Li,...”
Alhamdulillah Allah memang maha baik, merencanakan segala sesuatu diluar pemikiran hamba-Nya, aku gak kebayang deh kalau harus ke Bogor sendiri untuk mencari rumah kost, dan Alhamdulillah tanpa aku ke Bogor , sudah ada yang mau cariin kost untukku, fikirku., tak lupa aku ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberiku banyak nikmat di tahun ini dengan penuh kemudahan.
Malabar 7
Malabar 7 adalah nama sekaligus alamat tempat kost pertamaku saat aku menginjakkan kaki pertama kali di kota Bogor. Letaknya tepat di depan kampus hijau IPB di Baranangsiang , dari jalan raya dekat kampus berjejer tiga rumah sebelum Malabar 7, ternyata kalau di Bogor rumah-rumah berderet tidak berurut seperti di Jakarta, namun berdasarkan nomor ganjil atau nomor genap . suasana hijau yang ditawarkan di lingkungan Malabar tidak diragukan lagi, sungguh asri, kiri dan kanan menuju Malabar 7 atau sepanjang jalan Malabar diisi dengan pohon-pohon besar dan rindang yang kalau aku bisa prediksi pasti umurnya sudah berpuluh-puluh tahun karena batang dari pohon-pohon tersebut yang besar, juga akar-akarnya sudah banyak yang menembus aspal jalan sepanjang kampus. Namun sayangnya udara yang sejuk harus rela tergantikan oleh asap knalpot bemo yang memang lalu lalang disepanjang jalan Malabar , kulihat banyak mahasiswa dan mahasiswi yang memanfatkan kendaraan bemo ini sebagai sarana transportasi menuju kampus, mungkin rumah mereka jauh, fikirku.
Perlahan aku dan Lia memasuki Malabar 7, kulihat bangunan rumah itu sudah tua sekali, begitupun rumah-rumah sebelumnya juga demikian.
“ Rumah kost Ajie dan Lia nanti , bapak udah carikan yang dekat dengan kampus, dan rumah itu punya dosen senior IPB, jadi Ajie dan Lia bisa nyaman dan bisa fokus belajar, ditambah suasananya yang tenang” Demikian ku ingat betul ucapan bapak Lia, Pak Marsali, ketika telah menemukan tempat kost di Malabar 7, dan langsung membayar uang kost untuk kami berdua sebagai DP , tanda jadi, bahwa kami jadi menyewa kamar.
“ Tempatnya sepi ya Li?” ucapku agak takut-takut
“ Iya Jie, tapi sejuk banget yah, benar juga kata bapak, dekat kampus, jadi kalau kita ada jam kuliah gak nunggu lama-lama Jie di kampus, kita bisa pulang dulu, sambil nunggu jam kuliah mulai “ ucap Lia sambil nyegir dan melirikku
“ Hehehe belum apa-apa , udah pasang strategi nih...? gak sekalian Li, kita juga bisa tidur dulu , kalau jam kuliahnya selisih waktu yang lumayan lama, hehehe...” ucapku menimpali dengan nakal.
“ tapi, ngomong-ngomong koq tempatnya agak-agak aneh ya Li? ...
“Aneh gimana, Jie?, ...eh aku koq tiba-tiba merinding nih,....hiiiiii...”
“ belum apa-apa udah merinding, lebay banget deh... kita ketuk pintunya yuk..” ujarku
Tok..tok...tok.... kuketuk pintunya, karena suasana rumah sepi sekali
“ Eh...ada bel tuh Jie, coba deh pencet..” kulihat tunjukan jari tengah Lia kearah bel di bagian atas pintu...
“Ting...Nong...Ting...Nong...Assalamu’alaikum...” tiba-tiba ada suara seorang wanita , bersamaan ketika aku memencet bel, ternyata belnya bisa ngomong, hehehe lucu juga nih bel, baru pertama kali aku dengar ada bel bisa ngomong, canggih juga.
kulihat pintu di buka, kreeeeeekkkkkkk......
“ Waalaikumsalam, ...” sahut suara wanita yang membuka pintu. Ternyata yang membuka pintu seorang wanita tua renta, mungkin usianya sekitar 70 tahunan, jalannya pelan dan perlahan, namun terlihat sehat, dan dari gurat wajahnya terlihat kalau di masa mudanya, wanita renta ini pasti cantik, karena di usia sekarang saja masih terlihat kecantikannya.
“ Maaf Tante, apa benar ini , rumah Tante Erom?” tanya Lia sopan , membuka pembicaraan awal kami. aku tersenyum kecil, saat Lia memanggil tante kepada ibu tua renta ini, maklum kata bapak Lia sebelumnya berpesan kalau memanggil ke Ibu Erom ini panggilnya tante, dia nggak mau dipangggil ibu apalagi nenek.
“ Iya benar, ada apa Nak...”
“ Kami, Lia dan Ajie, yang mau kost di rumah Tante,yang beberapa hari yang lalu , bapak Saya Pak Marsali datang dan sudah membayar uang DP untuk kost disini”...lanjutnya
“ Oh iya betul, silahkan masuk, kebetulan kamarnya sudah disiapkan, memang sewaktu bapak Lia kesini, hanya tersisa satu kamar yang bisa diisi dua orang, kamar yang lain sudah penuh, tante punya 6 kamar, tapi semuanya udah keisi, dua kamar diisi sama anak semester 3 dan 5, yang dua kamar sudah ada mahasiswi baru dari Makassar, Bandung dan Aceh, mudah-mudahan betah ya disini, lagi pula banyak temannya disini juga dekat dengan kampus.” ucapnya lirih, sambil mempersilahkan kami masuk, dan menuntun kami menuju kamar kami.
Kulihat ruangan rumah Tante Erom rapi sekali, semua tertata dengan teratur, suasana rumah yang hening, dan bagian belakang rumah ada kebun, yang luas, pohon-pohon besar mengisi kebun belakang Tante Erom, ada pohon durian yang buah-buahnya menggelayut dan siap jatuh apabila tidak segera dipetik, kemudian ada pohon rambutan , alpukat, dan masih banyak lagi pohon lainnya, Seperti Tante Erom suka menanam pohon semasa mudanya dulu. Kulihat kamar-kamar kost mengelilingi kebun belakang rumah Tante Erom, wah bisa belajar dengan tenang nih begitu batinku, karena suasana yang sejuk, hening, serta pemandangan hijau yang langsung bisa terlihat dari kamar merupakan modal awal untuk menciptakan suasana belajar , sehingga belajar tidak terasa membosankan, masuk tidaknya pelajaran ke otak, itukan tergantung otaknya juga hehehe..
“ Silahkan, ini kamarnya, dan disebelah kamar ini ada kamar mandi..” tunjuk Tante Erom ke ruang sebelah kamar kami, yang ternyata kamar mandi.
“ Baik Tante terima kasih, untuk pelunasan kamar bagaimana Tante? tanya Lia
“ Istirahat saja dulu, nanti sore saja ketemu Tante , kalau sudah santai , sisanya bisa dilunaskan..” ucapnya lagi
“ Terima kasih ...Tante” ucap kami serempak sambil kami memasuki tempat peraduan kami , tempat pertama kami hidup berpisah dengan keluarga, tempat kami menjalani hari-hari kami di kota orang, terutama aku, aku adalah orang Jakarta asli, dirumah akulah anak orang tuaku ang pertama merantau tinggal di kota lain di luar Jakarta. Walau aku anak bungsu tapi tekadku kuat untuk menuntut ilmu di kota ini, jauh dari keluarga. Umiku dari awal selalu meminta aku untuk mengambil kuliah di Jakarta saja tapi aku tidak mau, aku hanya minta restu dan ridho Umiku, agar aku selalu diberi kemudahan. Jarak Bogor –Jakarta kurang lebih 60 km , namun bagi orang yang belum pernah jauh dari keluarga, 60 km adalah jarak yang sangat jauh, harus berpisah setiap hari , merupakan bukan hal yuang mudah bagi aku dan Umi saling berjauhan. Masih ingat di fikiranku, Umi menangis tersedu-sedu menjelang satu hari keberangkatanku ke Bogor, tak kuasa aku melihatnya menangis, namun aku selalu bilang “ Insya Allah Mi, tiap Minggu Ajie akan pulang, lagipula ini kesempatan emas masuk ke PTN, banyak orang yang ingin masuk ke PTN ini , tapi gak keterima, dan Ajie mau ngebuktiin , bahwa orang Betawi pun bisa merantau, tidak seperti yang orang-orang bilang, kalau orang betawi nggak bisa merantau Mi,..” ucapku menghibur Umi yang masih kudengar isakan tangisnya.
Kini, di kota ini tidak bisa lagi setiap hari aku dapat menatap wajah sabar Umiku, kini aku harus banyak belajar dari kesabaran Umiku untuk menjadi orang yang bersabar dalam menuntut ilmu, jauh dari keluarga serta sabar dalam mengelola keuangan yang diberikan orangtuaku untuk mencukupi kebutuhan selama satu bulan secara bijaksana.
Ehhhm kota Bogor....sesaat kurebahkan badanku untuk melepas lelah dan melepas penatku....I am Coming Bogor....
Day 2 Day In Malabar 7
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, genap tiga bulan sudah aku menjalani status baru sebagai mahasiswi baru perguruan tinggi negeri ternama di kota Bogor, Alhamdulillah semua lancar-lancar saja, mulai dari mata kuliahnya, penyesuaian dengan Lingkungan kampus, teman-teman kampus maupun teman kost di Malabar 7, namun aku masih belum mengerti dengan ucapan Mba Mahes dan Mba Ira yang setiap bertemu aku dan Lia selalu menanyakan hal-hal yang aku gak mengerti.
“ Ajie, Lia, udah kenalan belum sama teman barunya” tanya Mba Mahes pada aku dan Lia.
Aku dan Lia hanya geleng kepala karena memang tidak mengerti , “ teman baru yang mana Mba? “ tanya Lia bingung,
“ Kalau belum kenalan, ya kenalan dulu...hehehehe” sambil jalan ngacir meniggalkan kami juniornya di ruang makan yang kebingungan.
“Nanti juga kenal koq, Jie, Li...dulu aja aku dikenalin koq” tiba-tiba Mba Ira keluar dari kamarnya melanjutkan obrolan kami dan Mba Mahes tadi.
“ Teman di mana sih Mba?” “ anak baru di sini yah?” tanyaku mendesak
Tapi sepertinya Mba Ira hanya senyum-senyum kecil saja, tapi sambil melirik aneh ke kamar kami. Deggg....jantungku berdebar cepat, kenapa dengan kamar kami, ada apa yah..? aku pribadi sih merasa kalau kamar tempat kami tinggal memang agak berbeda dibanding kamar-kamar yang lain, semua kamar kost disini yang sudah aku masuk kedalamnya, suasana yang terasa hangat tidak sedingin suasana kamarku , itu yang aku rasakan. Namun aku selalu menghibur diriku, bahwa selama kami rajin shalat, mengaji, Insya Allah tidak ada apa-apa.
“ emang ada hantunya ya Mba”? selidik Lia
“Iya...semua orang yang tinggal disini sering digoda, tapi gak nakal sih, sedikit-sedikit aja godanya...tapi gak apa-apa koq..Mba Ira juga pernah koq di kamar ini..” lanjut Mba Ira dengan spontan, saat cerita itu terlihat pipi chubby Mba Ira turun naik karena semangatnya bercerita,maklum ceritanya agak horror, namun cerita Mba Ira membuat ciut nyaliku, Aku kan termasuk penakut, ihhh serem ah, gimana kalau penunggu kamar itu godain Aku yah...
“ Trus..gimana Mba...Mba digodain seperti apa...” tanya Lia, namun Mba Ira sepertinya enggan bercerita banyak, dia hanya bilang kalau malam ketika dia bangun untuk belajar, terdengar suara mesin tik seolah-olah ada yang mengetik, atau ada suara tangisan , dan dia juga bilang kalau kamar dekat garasi rumah Tante Erom ini, ada penunggunya juga, tapi penunggunya muslim, karena kalau dia belum sholat , ada suara yang ingetin untuk shalat, hiiiiiiiiiiiiiii, yang muslim aja serem gimana yang gak muslim...pasti tambah menakutkan.
“ Kalau yang dikamar ini gimana Mba, suka menampakan gak???” aku semakin penasaran.
“ hehehe kalau yang disini lebih serem dari kamar yang dekat garasi, tapi masih dalam taraf normal koq...” katanya sedikit menghibur, sambil menenangkan kami.
Duhh tambah bikin aku takut aja nih, tapi untung deh selama ini setiap Sabtu dan Minggu aku selalu pulang ke Jakarta bersama Lia, jadi aku dan Lia memang tidak pernah sendirian dikamar, kami selalu pulang bersama ketika Sabtu dan Minggu menjelang. Jadi tempat kost sepi kalau Sabtu dan Minggu, karena mahasiswi yang asal Jakarta pada mudik pulang, dan kembainya lagi hari senin pagi, karena ada mata kuliah.
Namun sudah satu bulan ini Lia jarang pulang ke Jakarta, dia memang sibuk dengan humaniora merpati putihnya, Lia mengambil jadwal Sabtu dan Minggu untuk humaniora mahasiswa baru, aku juga mengambil humaniora yang sama merpati putih, namun aku lebih memilih jadwal Rabu dan Kamis untuk latihan, karena aku tidak mau mengurangi waktu bertemu dengan Umiku tercinta juga keluargaku yang lain.
Suatu hari di Senin pagi sepulang aku dari Jakarta, sebelum ke kampus aku mampir dulu ke rumah kost, kulihat Lia sedang memijit punggungnya,sepetinya pegal sekali , mungkin habis latihan berat di merpati putihnya.
“ Kenapa Li? cape banget sampai pijit-pijit segala” candaku, namun si Lia tambah serius dan mendekatiku yang sedang duduk di meja belajarku
“ Jie...tau gak, tadi malam aku digodain sama hantu sini Jie?” ucapnya meringis.” Dia ada diatas kasurku Jie, dibelakang punggungku , saat aku tidur miring, bagian belakangku seperti ditusuk-tusuk Jie, pas bangun badanku sakit semua”..ucapnya serius
“ Tadi malam sebelum tidur, baca doa gak Li? atau mungkin kamu kecapean karena latihan terus”?
“ Gak Jie, aku sempat nengok kebelakangku, tapi gak bisa, sprei aku kan warna hijau, tapi kenapa yang kelihatan warna putih ya, trus aku paksakan aja balik badan..susah banget, dan Alhamdulillah aku bisa bangun Jie, tapi pas bangun badan pada sakit semua.” ujarnya menyakinkan
“ Mudah-mudahan cuma dalam mimpi aja ya Li, bukan beneran” kataku mencoba menghidur Lia sekaligus menenangkan diriku , karena aku takut itu adalah hantu yang selama ini diicarakan Mba Mahes dan Mba Ira.
“ trus tau gak Jie, aku memang belum pernah cerita akhir-akhir ini , selama Ajie gak ada, kalau malam jam 1–an aku selalu mendengar suara mesin tik bunyi seperti ada yang ngetik, suara kertas ditarik dari masin tik,..dan karena aku penasaran, aku intip dari jendela Jie, tapi gak ada apa-apa, hanya meja makan yang kosong , tidak ada mesin tik”
“ Mungkin memang ada yang lagi ngetik kali Li, dikamar lain?” kataku mencari solusi
“ Gak juga Jie, besok paginya aku tanya ke semua penghuni kamar, apa ada yang ngetik jam satu malam, tapi gak ada yang ngetik, pada tidur semua” jelas Lia
“ Secara logika nih Li, ngapain ngetik jam 1 malam yah, selain ganggu orang tidur, juga kan ngantuk gitu loh ngetik jam 1 malam”
“ Iya Jie, kayanya emang ada penunggunya nih kamar kita Jie? simpul Lia
“ Iya deh , mudah-mudahan dia gak ganggu kita aja yah apalagi sampai menampakan , ihhh serem ah.., lebih baik kita banyak ngaji di kamar kita ini dan yang lebih penting lagi jangan takut sama hantu, dia kan makhluk Allah juga” kataku meniru gaya tausiyah ustadzah seperti yang di TV.
Akhirnya “ DIA” Datang!!!!
Ujian semester 1 tinggal seMinggu lagi, aku sedang merancang apa saja yang harus kupersiapkan, mulai dari buku-buku yang akan aku baca, Literatur yang mendukung hingga cemilan atau snack ringan untuk menemaniku saat belajar, maklum kalau lagi belajar aku bawaannya cepat lapar. Ujian pertama jatuh pada hari senin pagi jam 8.00 mata kuliahnya fisika dasar dan dilanjutkan jam 11.00 dengan mata kuliah bahasa Inggris, hari kedua Selasa, jam 8.00 juga matematika dasar wuih semuanya berurut yang diawali dengan mata kuliah yang penuh dengan tantangan, jamnya pagi juga nih, waduh pulang ke Jakartaku bisa terancam nih kalau senin jam 8 waktu ujian, aku tidak mau mengambil resiko pulang ke Jakarta , namun Seninnya aku telat ujian, begitu fikirku, sehingga aku bertekad untuk Sabtu dan Minggu ini untuk tidak pulang ke Jakarta, aku mau serius belajar, aku mau konsentrasi belajar di Bogor, aku ingin index prestasiku tinggi, aku tidak mau jadi orang yang pas-pasan nilainya. Karena aku tahu kalau aku ke Jakarta pasti aku tidak belajar, walau setiap pulang ke Jakarta aku selalu bawa buku kuliah, namun selama di Jakarta tak sedikitpun aku belajar, tak pernah buku-buku yang kubawa berat-berat dari Bogor kusentuh, aku lebih memilih berdekatan dengan Umiku, menggoda keponakanku, atau jalan-jalan bersama kakak-kakakku. Kini aku harus menentukan jalanku, mau dapat IP yang bagus dengan belajar fokus atau IP seadanya , tentu saja aku memilih IP tinggi , walau untuk sementara aku harus tidak pulang dulu di Minggu ini, Insya Allah Minggu depan aku bisa pulang karena jadwal ujian sudah berakhir.
“ Ajie, gak pulang nih, Sabtu ini?” tiba-tiba Lia bertanya padaku
“ Gak Li, aku mau belajar aja disini, kalau dirumah gak bisa belajar, kemarin juga sudah ijin sama Umi untuk gak pulang dulu Minggu ini karena mau ujian”
“ Aku juga gak pulang Jie, mungkin Minggu depan aja ya Jie, kita bisa pulang sama-sama lagi, biar fresh” kata Lia
Wah aku senang sekali , ada teman nih buat belajar bareng, dan memang menjelang ujian, banyak anak-anak asal Jakarta yang gak pulang , karena mereka lebih memilih fokus belajar untuk menyiapkan ujian semester ini.
Ujian semester semakin dekat, sekarang hari Sabtu, dua hari lagi ujian, upsss aku hanya fokus pada belajar fisika dasar saja, padahal aku juga harus menyiapkan matematika dasar untuk besoknya ,sehingga malam Selasa aku hanya mengulang-ulang saja untuk sekedar mengingatkan. Namun jam 8.00 pagi kulihat teman sekamarku Lia sedang berkemas-kemas dengan pakaian rapi..
“ Mau kemana Li?” tanyaku bingung, karena kufikir hari Sabtu dan Minggu semua kegiatan humaniora dihentikan sementara karena ada ujian semester.
“ Ajie, maaf aku mau balik ke Jakarta dulu, ada yang mau aku ambil di Jakarta, kemarin bapak telepon, mungkin besok Minggu pagi aku udah balik lagi koq, Ajie gak apa-apa kan sendirian dulu malam ini?”
“ Koq tumben dadakan Li, iya deh Insya Allah aku gak apa-apa, tapi jangan lama-lama ya Li, gak enak belajar sendirian gak ada teman diskusi dan ngobrol kalau lagi jenuh “ harapku pada Lia
“ iya Jie , aku Cuma semalaman aja koq, besok pagi sudah ke sini lagi, good luck ya belajarnya “ ujar Lia menyemangatiku
Ternyata tidak enak dikamar kost sendirian gak ada teman, ini adalah pertama kali aku ditinggal Lia, aku gak pernah sendirian, justru Lia yang selalu kutinggal sendiri di kamar, kini aku yang harus sendirian, namun aku bisa lebih fokus belajar, kuputar kaset murotal di tape kesayanganku yang selalu menemaniku dan mengisi hatiku dengan ayat-ayat suci, surat Ar-Rahman mengisi pendengaranku dengan merdunya, bibirku komat komit menghapal kalimat-kalimat penting dari pelajaran fisika dasar ku yang tebalnya minta ampun, sambil sesekali kucatat rumus-rumus untuk memudahkanku mengingat.
Suara adzan Isya mengalun terdengar masuk kedalam ruangan kamarku yang tidak terlalu besar namun cukup untuk dihuni oleh dua orang wanita aku dan Lia, ku hentikan aktifitasku belajar, ku beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, sajadah kuhamparkan untuk melepas dan mengaduh memohon kemudahan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat, kemudahan dalam menghadapi ujian pertama ku sebagai seorang mahasiwa, hanya Allah SWT yang bisa membuatku mampu menyelesaikan semua ujian dengan mudah dan hasil yang indah, Kutunaikan shalat sunnah qobliyah 2 rakaat, dan kulanjutkan dengan shalat Isya 4 rakaat, kunikmati heningnya malam Minggu pertama di kamar kostku, kuperpanjang sujud akhirku karena mengharap ridho dan takut akan hari pembalasan, kututup shalat Isya ku dengan salam, tak lupa dzikir dan doa yang penuh harap untuk limpahan keridhoan-Nya, dan kutambah shalat sunnah bakdiyah Isya sebagai tambahan ibadah untuk menutupi kekurangan shalat-Isya ku. Tadarus Al-Quran tak lupa aku ladzimkan untuk mengisi relung hati, mensucikan jiwa yang sombong dan kotor ini, berharap Allah SWT mengampuni dosa-dosaku baik yang sengaja maupun yang tidak, kelalaianku sebagai seorang anak, seorang teman, dan sebagai hamba Allah yang kecil dan penuh kealpaan.
Selepas melakukan rutinitas ibadah , aku biasakan menyempatkan diriku untuk membaca kisah-kisah sahabat Rasulullah, kali ini aku membaca tentang perjuangan Umar Bin Khattab,r.a yang gagah dan berani, aku menyukai membaca kisah-kisah sahabat Rasul, karena dengan mengetahui kisah mereka, maka secara sadar ataupun tidak , aku berusaha untuk mencontoh tauladan rasulullah yang telah diduplikasi oleh sahabat-sahabatnya, kumulai dari diriku, mulai saat ini, dan mulai yang paling kecil, begitu tekadku.
Selepas Isya, masih sempat kutekuni kembali buku-buku catatan fisikaku, menunggu kantuk datang, barulah aku akan beranjak menuju peraduanku yang sangat empuk, sebenarnya gak empuk-empuk juga sih, namun kalau lagi penat, capek, dan suntuk , kasur keras pun terasa empuk bagikan bulu angsa. Malam kian larut , malam semakin hening, hanya detik jam yang bergerak teratur terdengar sangat jelas , sesekali suara tokek terdengar nyaring dari arah kamar mandi. Bolak balik ku membaca buku mulai dari duduk dikursi meja belajarku, kemudian merubah posisi sambil tidur di atas tempat tidur mencari posisi yang pas, spreiku berwarna hijau sengaja kupasang supaya lebih fresh , kulihat jam dinding sudah menunjukan pukul 23.00 wib, kupaksakan mata ini untuk terpejam, aku tidak mau melewatkan shalat malam hanya karena aku tidur terlalu larut, karena bagiku belajar setelah shalat malam luar biasa pengaruhnya ke dalam otak , lebih banyak yang terserap masuk. Setelah wudhu , kemudian kubaringkan badanku kearah kiblat, sambil kupegang buku kuliahku hanya untuk mempercepat rasa kantuk, dan sepertinya aku terlelap ...zzzz
....Bismika Allahuma Ahya Wabismika amut......
Tiba-Tiba mata yang terpejam ini terbelalak melihat sosok wanita tinggi besar , rambut tergerai panjang hingga bawah, dengan wajah putih serta mata yang besar dan berwarna merah menatap tajam kepadaku berdiri dengan tegaknya dari pojok kamar tepat dari arah kamar mandi atau tepatnya dari ujung tempat tidur Lia teman sekamarku entah kapan datangnya, tak henti melihat kearahku , aku ketakutan setengah mati, mataku tak berkedip menyakinkan apakah aku sedang bermimpi, siapa sosok itu, kenapa tiba-tiba hadir dari pojok kamarku, kucubit tanganku, sakit, kupegang betis kakiku ..auww... sakit, ternyata...ternyata ...aku tidak bermimpi ini nyata, Tapi...siapa sosok itu...menyeramkan dan sangat menakutkan, tak kuasa aku terus membaca bacaan ayat suci yang aku bisa dan ingat ...
Alhamdulillahirrabbilalamin...arrahmannirrohim..................... kubaca Al-fatiha seingatku, namun.....makhluk itu terus mengikuti apa yang aku baca...kucoba bangun dari tempat tidurku , berniat untuk meraih radio tape diatas mejaku, ingin aku putar murotal , dengan harapan makhluk itu akan kabur dan terbirit-birit karena lantunan ayat suci, namun lagi-lagi kaki ini berat sekali untuk kuangkat, aku hanya bisa melihat tapeku tanpa bisa kuraih menghampirinya...laulu kucoba ganti dengan menbaca surat yaasin yang aku ingat..
“Yaasiiin...”
“Wal Qur’anil hakim, innaka laminal mursalin....”
Sambil membaca surat yasin samai selesai dan semampuku ,mataku terus kupejamkan, namun lagi-lagi makhluk itu mengikuti bacaanku dan bahkan kini sosok itu bergerak perlahan ke arahku sambil merentangkan kedua tangannya ke arahku seperti hendak mencekikku...
“Ya Allah , aku belum mau mati dulu, apalagi dicekik oleh hantu ini, ya Allah aku mau ikut ujian dulu, kasihan orang tuaku ya Allah, tolong aku ya Allah, semua bacaan yang aku bisa selalu diikuti makhluk jelek ini, ya Allah tolong hamba, hanya pada-Mu hanya meminta ya Allah...” demikian jerit batinku, antara harap-harap cemas, apakah umurku akan menutup pada malam ini atau ahh entahlah aku tidak berharap , aku hanya mohon pada-Nya, semakin dekat dan semakin dekat, lalu....terlepas dari bibirku ayat-ayat kursi mengalir begitu saja...
“Allahulailahailahuwal hayul qoyumm”
Laatakhudzuhu sinatu walanaum...kubaca ayat kursi terus sampai akhir dan makhluk itu juga terus mengikuti bacaanku, namun hingga... Walaa Yauduhu khifzuma wa huwal aLiiyul 'adzim, kubaca berulang-ulang ketika sampai pada ayat ini, inilah senjata terakhirku fikirku , karena aku tak tahu harus baca apalagi, sambil memejamkan mata karena makhluk itu kurasakan semakin dekat dengan kedua tanganya yang hendak mencekik ku, aku pasrah hingga aku berkata,” ya Allah , kalau umurku sampai disini, ampuni dosa-dosaku... lalu setelah aku ikhlas dan ayat terakhir ayat kursi kubaca berulang-ulang, kulihat makhluk itu membelokan gerakannya kearah pintu kamar, dan hilang...
Subhanallah ...Allah menyelematkan aku dengan perantara surat ayat kursi . Dan barulah kemudian aku bisa bangkit kembali dari tempat tidur, langsung ku bersujud dari apa yang baru saja aku alami.
Tiba-tiba aku teringat kisah seorang saudagar kaya raya yang berhasil menghanguskan Jin Ifrit dengan bacaan ayat kursi, saudagar kaya itu bernama Ka’ab, aku merasa apa yang aku alami agak mirip dengan kisah saudagar Ka’ab, yang pada saat itu sedang melakukan perjalanan ke negeri Basrah. Karena Ka’ab adalah pedagang besar sehingga membawa banyak barang dagangan untuk dijual, namun sesampai di negeri Basrah , dia mencari penginapan , akan tetapi semua penginapan pada saat itu tidak ada yang kosong, karena telah ditempati oleh pedagang lain yang sudah lebih dulu datang. Karena sudah sangat lelah, akhirnya Ka’ab mencari tempat beristirahat, dan menemukan rumah kosong yang sudah lama tidak ditempati , bangunan yang sudah tua,kotor dan banyak dipenuhi oleh sarang laba-laba. Kemudian Ka’ab berusaha mencari pemiliknya dengan maksud menyewa rumah tersebut selama berada di negeri Basrah. Ketika bertemu dengan pemilik rumah, Ka’ab menyampaikan keinginannya untuk menyewa rumah tersebut,...
“ Rumah ini aneh, banyak kejadian aneh terjadi dirumah ini, masyarakat disini selalu memperbincangkan rumah ini” kata si pemilik rumah
“ Apa yang terjadi dengan rumah ini?” tanya Ka’ab
“ Menurut berita yang saya dengar, rumah ini di huni oleh Jin Ifrit , banyak orang yang mencoba menempatinya, namun akhirnya mereka semua binasa”, ujar si pemilik rumah
Karena keadaan darurat dan tidak menemukan penginapan, akhirnya Ka’ab tetap menyanggupi untuk beristirahat di rumah tersebut, asalkan diizinkan oleh si pemilik rumah.
“ Baiklah saya tidak keberatan apabila rumah itu ingin ditempati dan saya tidak akan mengambil bayaran sedikitpun” jawab si pemilik rumah.
Akhirnya Ka’ab menempati rumah kosong yang angker itu. Sepanjang malam tidak ada hal ganjil yang ditemui hingga esoknya. Semua berjalan normal saja, Ka’ab dapat berjualan barang dagangannya dan ketika matahari terbenam dia kembali ke rumah kosong tersebut untuk beristirahat. Namun malam itu Ka’ab merasakan beberapa keanehan , dan matanya sulit sekali dipejamkan.
Kemudian dengan suasana yang sunyi, tiba-tiba sosok bayangan hitam dengan kedua mata yang menyala-nyala membara seperti api mendekatinya. Dengan spontan Ka’ab terjaga dan membaca ayat kursi, namun tanpa disangka nya sosok bayangan hitam tersebut tetap tidak menghilang bahkan diluar dugaannya turut mengikuti apa yang dibaca oleh Ka’ab hingga hampir sampai pada akhir dari ayat kursi. Ketika Ka’ab membaca Walaa Yauduhu khifzuma wa huwal aLiiyul 'adzim, bayangan tersebut tidak mengikuti apa yang dibaca Ka’ab dan secara tiba-tiba bayang-bayang hitam itu lenyap . namun Ka’ab terus saja membaca ayat kursi berulang-ulang sampai memastikan bayangan itu benar-benar hilang. Dan dengan lenyapnya bayangan tersebut disertai bau seperti barang yang terb akar.
Dimana keesokannya Ka’ab menemukan abu seperti bekas sesuatu yang terbakar di sudut rumah itu, dan tiba-tiba terdengar suara gaib , “"Hai Ka'ab, engkau telah membakar Jin Ifrit yang sangat kuat “ kata suara gaib kepada Ka’ab.
“Dengan apa aku membakarnya ?” tanya Ka’ab
“Dengan firman Allah, Walaa Yauduhu khifzuma wa huwal aLiiyul 'adzim,."jawab suara
Gaib.
Dari cerita tersebutlah akhirnya aku melafalkan ayat kursi ketika sosok menyeramkan itu menampakan wujudnya dihadapanku.
Keesokan paginya ba’da shalat subuh aku langsung berkemas-kemas , semua buku-buku kuliah yang jadwal hari pertama ujian , aku kemas ke dalam tas, tanpa ijin sama teman-teman yang lain ,aku langsung pulang ke Jakarta, niat pulang minggu depan aku percepat, aku ingin belajar di Jakarta saja.Senin pagi aku pulang ke Bogor lagi .
Senin pagi sesampaiku di Bogor ku ceritakan semua yang terjadi pada Lia, dan Lia terlihat ketakutan, lalu malamnya kami berniat belajar bersama, dan tidur pun juga janji bareng
“ Li, kita tidur bareng yuk jamnya, trus nanti kita bangun malam sama-sama, kita shalat dulu baru deh kita belajar “ pintaku
“ iya Jie, kita belajar jangan malam-malam, kita tidur jam 10 malam aja ya, nanti jam tiga-an kita bangun sama-sama..”ulang Lia untuk memastikan.
Kemudian setelah buku ujian besok aku baca, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, kamipun segera bergegas tidur setelah mengambil wudhu.
Namun 15 menit kami terlelap..
“ Brrrrrrraaaakkkkk.....”
Kami sama-sama terbangun, kulihat meja rias milik Lia berjatuhan , ternyata Lia yang menjatuhkan semuanya. Kami mimpi yang sama namun berbeda reaksi yang kami keluarkan.
Lia bercerita , kalau sesaat setelah dia terlelap, dia melihat ada makhluk menyeramkan berada satu tempat tidur dia, dan berusaha mendekap Lia, namun dia berontak, dan akhirnya refleknya keluar hingga menjatuhkan barang-barang pribadinya. Sedangkan aku menceritakan kepada Lia apa yang aku alami, bahwa sesaat aku terlelap , aku melihat ada sosok menyeramkan memakai topeng-topeng yang buruk rupa dan berusaha mendekatiku, namun aku tidak bisa berteriak, karena kulihat Lia sedang tertidur nyenyak disampingku namun tidak mendengar panggilan teriakku...” Lia...Lia...tolong aku, Lia ...bangun...’
Dan akhirnya aku bersyukur bisa terbangun dari tidurku, dan di saat yang sama ternyata Lia juga terbangun .
Sejak kejadian tersebut akhirnya aku memutuskan untuk tidak memperpanjang sewa kamar kostku di Malabar 7, karena saat ujian berakhir memang berakhir pula masa sewaku, aku memang menyewa hanya untuk enam bulan saja, kalau cocok rencananya aku ingin memperpanjang sewa kamar lagi, namun kost ditempat rumah tua walau dekat sungguh tidak menyenangkan, dan sesaat aku sedang mengemas pakaian untuk persiapan pindah kost, ternyata baru aku tahu juga kalau rumah sebelah kost kami adalah ruang mayat rumah sakit PMI Bogor, karena siangnya aku mendengar tangisan seorang wanita yang baru saja ditinggal mati oleh anggota keluarganya. Barulah setelah kami tahu di sebelah belakang Malabar 7 adalah kamar mayat, teman-teman kost saling membuka rahasia mereka, bahwa setiap malam mereka selalu mendengar suara tertawa seperti kuntilanak dari arah pohon durian yang usianya sudah puluhan tahun. Dan jujur aku pun pernah mendengar suara-suara menyeramkan tersebut ,namun aku selalu putar murotal dengan volume yang besar untuk menghindari mendengar suara misteri tersebut.
Kini , enam bulan telah lewat dari kejadian yang aku alami, setiap ku melintas Malabar 7 sepulang mengikuti kuliah di kampus, aku hanya melirik sekilas ke Malabar 7 yang penuh dengan misteri dengan senyum yang penuh arti, dan lucunya lagi ketika aku berjalan bersama Maknun temanku melewati Malabar 7, aia tiba-tiba spontan berkata padaku,
“ Jie, tahu gak di kost-an ini ada hantunya loh Jie, ? ada mahasiswa baru yang melihat penampakan dari hantu ini Jie, katanya wajahnya seram, rambutnya panjang, pokoknya seram deh Jie..” ucap Maknun bersemangat .
“ Masa sih...kamu kata siapa? emang mahasiswa itu siapa ? Kamu kenal?” tanyaku menyelidik , sambil geli juga sih mendengarnya, Karena ternyata cerita itu sudah menjadi cerita dari mulut ke mulut yang hangat dibicarakan dikalangan mahasiswa IPB saat itu.
“ Aku gak kenal Jie sama mahasiwanya, aku juga tahu ceritanya dari orang-orang juga sih..” katanya kecut..
Hehehehe...Maknun temanku, kamu gak tahu kalau mahasiswa yang mengalami kejadian menyeramkan itu adalah AKU, yang Allah SWT tolong melalui kisah Ka'ab dan ayat kursinya. Kini aku selalu memotivasi diriku sendiri bahwa kita “ Jangan Takut Hantu”, karena Allah SWT selalu berserta kita.
Semoga setiap kejadian yang kita alami selalu ada hikmah yang bisa kita ambil pelajarannya untuk menjadi guru yang terbaik dalam menapaki kehidupan ini. Wallahu ‘alam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat