Memiliki sebuah harapan untuk menjadi seorang yang sukses, makmur dan bahagia adalah keinginan setiap manusia, namun jangan pernah hanya memikirkan ego sendiri serta tidak memiliki sikap kasih sayang tehadap sesama. Bisa jadi kesuksesan yang diperoleh hanya karena kasih sayang terhadap sesama sudah tidak kita miliki. Berikut ini kisah menarik dari tulisan seorang psikoterapist tentang arti sebuah kasih sayang.
Pada suatu ketika, terdapat sebuah pulau yang dihuni oleh semua sifat manusia, dimana masing-masing sifat belum diklasifikasikan tergolong baik atau buruk. Sifat-sifat tersebut adalah Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, dan Kasih Sayang. Mereka hidup bersama di pulau tersebut dengan sifat yang dimiliki. Pada suatu hari diumumkan bahwa pulau tersebut akan tenggelam, paniklah mereka dan beberapa saat kemudian mereka mulai tenang dan merencanakan untuk memperbaiki perahu mereka dan mengatur pemberangkatan dari pulau.
Semua sifat telah siap berangkat, kecuali Kasih Sayang belum siap. Dia tidak memiliki perahu sendiri, karena dia telah meminjamkannya kepada yang lain beberapa tahun yang lalu. Dia terus membantu yang lain dalam bersiap sampai akhirnya memutuskan bahwa dia harus meminta bantuan.
Awalnya dia meminta bantuan pada Kemakmuran yang memiliki perahu besar dan berteknologi paling mutakhir ."Kemakmuran, bolehkah aku ikut?" ucap Kasih Sayang.
"Tidak bisa, karena telah kupenuhi dengan emas dan perak yang kumiliki, tidak ada ruang yang kosong" jawab Kemakmuran.
Kemudian Dia pergi kepada Kesombongan yang menaiki perahu unik dan indah.
"Kesombongan, sudikah engkau menolongku?"
"Maaf, Aku tidak bisa menolongmu. Kamu basah kuyup dan kotor, nanti perahuku yang mengkilat ini akan kotor jika kamu naik."
Lalu Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang susah payah mendorong perahunya ke air. Dia membantu mendorong perahu Pesimisme yang mengeluh terus menerus.
"Pesimisme, maukah engkau mengajakku?"
"Oh Maaf ,engkau terlalu baik untuk berlayar denganku. Sikap dan perhatianmu membuatku serba salah, dan bagaimana perasaanku bila ada ombak besar menghantam perahu kita dan engkau tenggelam?Tidak! aku tidak bisa mengajakmu."
Salah satu perahu yang terakhir meninggalkan pulau adalah Optimisme yang tidak percaya bahwa pulau ini akan tenggelam. Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme terlalu sibuk menatap kedepan dan memikirkan tujuan berikutnya hingga tak terdengar. Bagi Optimisme tidak ada istilah menoleh kebelakang. Dia sudah meninggalkan masa lalu dan berlayar menuju masa depan.
Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara, "Ayo, naiklah keperahuku." , karena terlalu letih, Kasih sayang naik ke perahu dan langsung tertidur hingga tidak mengetahui kalau mereka telah tiba ditanah kering. Kemudian Dia mengucapkan terimakasih dengan gembira kepada sang nakhoda dan perahu itu melanjutkan perjalanannya.
Kemudian Kasih sayang tersadar kalau lupa menanyakan nama nakhoda itu.
Ketika dipantai dia bertemu dengan Pengetahuan dan bertanya,"Siapa tadi yang menolongku?"
"Itu tadi Waktu"jawab Pengetahuan.
"Mengapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?" tanya Kasih Sayang
Pengetahuan tersenyum dan menjawab,"Sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang."
Mitraniaga yang berbahagia, demikian kisah yang menggambarkan sifat-sifat yang ada pada manusia, tidak akan sempurna seseorang apabila tidak memiliki sifat kasih sayang, apa jadinya bila berbisnis tidak memiliki Kasih Sayang. Semoga sifat positif selalu melekat dalam diri kita untuk menuju hidup yang lebih baik dan siap menghadapi perubahan waktu yang terus menghampiri.
(jos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat