SPRITUAL
KEMERDEKAAN DI BULAN RAMADHAN
Tahun ini, hari Kemerdekaan Indonesia
kembali jatuh pada bulan Ramadhan, dimana 66 tahun yang lalu, tepatnya 17 Agustus
1945, pada bulan puasa, teks proklamasi dibacakan. Memasuki usia ke-66 untuk
ukuran seorang manusia sudah termasuk manula, tapi bagi suatu negeri usia 66
tahun tergolong sedang memasuki usia remaja, usia dimana sedang mencari jati
diri untuk menuju proses “kematangan.” Namun bukan berarti usia yang tergolong
remaja membuat negeri ini selalu mencoba
setiap jenis proses tanpa harus mempertimbangkan baik-buruknya akibat yang akan
ditimbulkan, namun semuanya tetap harus menjadi pertimbangan, karena
kemerdekaan yang didapat tidak diperoleh dengan mudah namun diperoleh dengan
banyak pengorbanan dan air mata, serta atas pertolongan dan rahmat dari Allah
SWT. Dalam proses pencarian jati diri inilah, kita sebagai bangsa yang merdeka
harus berfikir jernih dan mengutamakan jiwa spiritual agama dalam meneruskan
kemerdekaan bangsa.
SPIRITUAL KEMERDEKAAN
Di bulan Ramadhan yang mulia ini, kita memiliki
kesempatan merenungkan kembali arti kemerdekaan sesungguhnya. Berpuasa di bulan
Ramadhan melatih kita atas kedisiplinan dan kejujuran jiwa yang dapat menggugah
kita dalam mengisi kemerdekaan ini.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang tepat
untuk setiap insan dalam mengisi hari kemerdekaan, memikirkan nilai-nilai
spiritual dalam diri yang dapat kita sumbangkan untuk membangun negeri ini.
Sebagai hamba Allah SWT yang beriman, adalah suatu kewajiban untuk menyampaikan
kebenaran kepada yang lainnya untuk memperkokoh norma-norma sosial yang ada
dalam masyarakat. Bulan Ramadhan selain diisi dengan kegiatan ibadah juga diisi
dengan tingkat kepedulian kepada sesama, mengurangi kesusahan orang lain, dan
selalu siap memberikan yang terbaik untuk saudaranya yang membutuhkan, dan
tentu saja hal ini harus terus dilakukan di bulan lain selain bulan Ramadhan.
Menanamkan spiritual kemerdekaan harus
dimulai dalam diri kita, dan kemudian akan menularkan kepada yang lain secara
paralel sebagai bentuk meneruskan cita-cita kemerdekaan. Jadi bulan Ramadhan
sesungguhnya adalah bulan introspeksi atas apa yang telah kita kerjakan untuk
bangsa ini. Kemerdekaan dalam mencari nafkah yang halal juga sudah harus kita
tanamkan, termasuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thoyyib.
Dari hasil muhasabah kita, apa yang telah
kita peroleh? Adakah rasa nyaman atau kegelisahan dari hati kita dalam mengisi
kemerdekaan ini, atau justru kita hanya menjadi beban untuk bangsa ini, tak
perlu kita memikirkan orang lain yang lebih senang membuat negeri ini menjadi
sulit, tapi saatnya kita membuat negeri ini menjadi berdaya dengan keberadaan
kita. Selama kita terus berusaha secara mandiri, tidak tergantung dengan orang
lain, maka artinya kita berusaha untuk menjadi pribadi yang merdeka, begitupun
ketika kita telah berhasil merdeka dari godaan syetan, sekencang apapun rayuan
syetan, dapat kita hindari dengan mudah, maka kita telah menjadi orang yang
merdeka, spiritual kemerdekaan di dalam diri kita sudah tertanam demikian kuat,
sehingga kita akan menjadi orang yang selalu merasa merdeka dalam setiap
kondisi, karena telah merdeka dari ketergantungan dengan orang lain, hanya
allah SWT yang dijadikan sebagai satu-satunya tempat menggantungkan doa dan
usaha.
Saudaraku yang berbahagia, semoga allah SWT
menjadikan kita sebagai pribadi yang memiliki spiritual kemerdekaan dalam diri
yang selalu dapat mengisi kemerdekaan dengan usaha terbaik menuju ridho Allah
SWT, Amin.
(jos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat