“Ketika Sang Mentari Pergi”
Langit membiru cerah , seakan ikut mewarnai isi hatiku yang saat itu bagaikan seorang yang sedang melompat-lompat bermain riang diatas awan, dan seolah terbang bebas bak burung Elang yang dengan gagahnya mengembangkan kedua sayapnya, tanpa bisa didahului oleh kelompok burung yang lain dan mampu menukik tajam ke sasarannya dengan tepat bila dia menginginkan sasaran itu. Yah begitulah aku mengungkapkan perasaanku saat ini, ketika siang tadi ,pimpinan perusahaan tempatku bekerja memberi ucapan selamat atas promosi yang berhasil kuraih:” Aisyah, selamat atas promosi jabatan yang pantas kamu terima, kamu memang orang yang sangat semangat, smart, jujur dan pokoknya banyak lah…nanti kalau saya sebutkan satu persatu kamu jadi GR lagi..” ucap pak Haryanto, selaku direktur utama di perusahaanku yang memang langsung memberikan appreciate kepadaku untuk kenaikan jabatan tersebut. yah..senyum kecilku masih terus tersungging tak percaya bagaimana tidak percaya seorang Aisyah Putri Ahmad yang hanya berasal dari kalangan bawah, mampu mencapai posisi terpandang di kantornya yang merupakan salah satu perusahaan bertaraf internasional dan mempunyai kepopuleran sampai diluar negeri, selain itu yang paling menakjubkan adalah posisi tersebut dapat dicapai hanya dalam hitungan bulan, dimana pada umumnya dikantorku tersebut belum ada yang mencapai posisi manager yang aku peroleh, dalam hitungan dibawah satu tahun .” Wah…., aku harus cepat-cepat pulang nih, untuk segera memberikan kabar baik ini kepada ayah dan ibu dirumah, mereka pasti akan senang sekali mendengar berita ini yah..tin” ucapku pada tini yang memang kami selalu pulang bersamaan dengan tini setiap pulang kerja, selain itu tini juga satu bagian denganku, sehingga bisa dibilang aku dan dia selalu berbagi rasa baik suka maupun duka,” kenapa nggak di telepon aja sekarang” saran tini padaku” …eeehm, nggak usah ditelepon sekarang tin, nanti nggak surprise lagi dong” kataku manja pada tini.” Oh…ya nanti kamu masih mau pulang sama aku lagi kan “ kata tini sambil merajuk padaku” ya…iyalah, masa sih aku mau melupakan sobatku setia, kaya…kamuuuu” kataku lagi sambil mencubit lengan tini” siapa tahu kamu nggak mau barengan aku lagi , mentang mentang nanti kamu akan dapat mobil baru dari perusahaan , pokoke walau kamu nggak kasih, aku tetap mau naik mobil baru kamu yah…ai” ucapnya sambil melirikku” sipp… tenang aja, tapi sebelum kamu yang naik aku mau ajak ayah dan ibuku dulu yah…soalnya dia belum pernah ngerasain naik mobil..apalagi kalau yang bawa anaknya sendiri, wow pasti mereka senang banget deh…” kataku semangat.” Iya dong pasti , mana ada sih orangtua yang tidak bangga melihat anaknya berhasil kaya kamu”…kata tini sambil menunjukku” Alhamdulillah, doa ayah dan ibu diijabah Allah yah..makanya yuk pulang cepet-cepet biar segera dapat bus dan pulang kerumah tepat waktu…” kataku sambil berlari mengejar bus yang sudah menunggu di halte terdekat kantorku, dan disusul oleh tini yang juga memang satu arah pulang denganku. Selepas maghrib aku langsung menemui ibu “Ibu…..ibu lagi ngapain? Mengganggu gak?” kataku manja di lengan ibuku, yang kulihat sedang menjahit baju pelanggan ibuku Ibu memang pandai menjahit, namun masih penjahit kecil-kecilan saja, hanya para tetangga terdekat saja yang menjadi pelanggan ibu, namun begitu, ibu sangat menikmati sekali pekerjaannya, lumayanlah hasilnya bisa untuk membantu penghasilan ayah yang sehari-harinya bekerja sebagai guru SD yang letaknya tak jauh dari rumah kami. Aku anak tunggal dari ayah dan ibuku, sehingga tak heran aku sangat manja kepada ayah dan ibuku, walau aku anak semata wayang mereka, mereka tidak pernah memanjakan aku untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, semua permintaanku sejak dahulu tidak pernah dipenuhi apabila tidak ada manfaatnya, apalagi yang menggunakan biaya lain selain kebutuhan sehari-hari, seperti mainan, boneka, dan peralatan mainan lainnya yang umumnya dimiliki oleh anak-anak kecil , namun karena ayah tidak ingin aku hidup dengan bersantai-santai juga ayah tidak memiliki uang untuk membeli hal-hal yang menyenangkan tersebut, untuk kebutuhan sehari-hari saja kami pas-pasan, bagaimana untuk membeli yang lain dan tidak penting. Dan kurasakan dari kecilpun aku sudah berfikir untuk melakukan usaha lain , agar aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, misalnya aku ingin bermain dengan temanku rita yang tinggal di depan rumah , saat itu usiaku 6 tahun , karena aku ingin sekali main sepeda, biasanya aku akan bilang kepada mamanya rita bahwa aku ingin naik sepeda tapi aku harus melakukan sesuatu untuk biaya pemakaian tersebut “ mama rita, ada yang bisa dibantuin sama ai nggak…? Ucapku saat itu, dirumah aku dipanggil dengan sebutan ai. ,” memangnya ai mau Bantu apa? Sapa lembut mama rita, “ ai mau Bantu apa yang ai bisa, soalnya ai mau naik sepeda rita.” Kataku “ sudah…gak usah, main saja sana sama rita, yah…” balas mama rita.” Kata ayah, kalau mau memakai sesuatu milik orang lain, harus izin dan berusaha dahulu” kataku lancar mengikuti pesan dari ayah” “ ya…udah kalau begitu, ai , kasih makan kucing aja yah…..di ruang belakang…gimana.” Ucap mama rita memberi saran,” makasih mama rita….”, begitulah akhirnya , selalu rutin aku kerjakan memberi makan kucing kesayangan rita, apabila aku ingin meminjam sepedanya , sehingga lama-kelamaan rita dan mamanya pun sudah memahami sikapku, kalau aku memberi makan kucing, pasti aku mau main sepeda. Namun karena aku dididik untuk tidak terpesona dengan berbagai hiburan dan mainan, sehingga tidak semua mainan membuat aku inginkan, kecuali sepeda, maklumlah seusiaku saat itu pasti ingin mencoba hal-hal baru. Walau begitu ayah selalu rajin memberiku buku-buku bacaan, komik anak-anak, walaupun tidak baru, namun enak untuk dibaca, kata ayah “ kalau buku bacaan itu tidak basi sampai kapanpun, jadi nanti kalau ai punya uang banyak , selalu sisihkan uang ai untuk membeli buku, ya sayang…” pesan ayah padaku bila selesai menceritakan kisah sahabat nabi kepadaku.” Iya…ayah, insya allah ai akan ingat terus pesan ayah” kataku saat itu. tetapi tiba-tiba “ Ada apa, ai? Tegur ibu yang membuyarkan lamunanku,” ehm.. oh ya bu, maaf ai jadi melamun, ada kabar gembira yang mau ai sampaikan ke ibu…” kataku dengan nada riang” ada apa, koq ibu perhatikan wajahmu berseri sekali, tidak seperti biasanyan “ terka ibu sambil mengamati wajahku.” Ibu…hari ini, ai mendapatkan kenaikan jabatan bu…sebagai general manager di kantor ai bu…” kataku yang membuat ibu terkejut.” Sungguh…ai?…alhamdulillah …Ya…Rabbi..” berkali-kali ibu mengucapkan syukur dengan mata yang berkaca-kaca, dan dari pintu depan ayah datang sepulang shalat magrib dari mushala “ wah ada apa nih…koq pakai acara tangis-tangisan? Ayah ketinggalan berita nih? Hayooo Ai, kamu mau nikah yahhh, koq nggak bilang-bilang sama ayah…” tebak ayah menduga,” Ayah …, ada ada saja deh tebakannya, bukan itu beritanya yah , hari ini Ai diangkat sebagai manager di tempat ai bekerja…” kataku sambil bergerak mendekati ayah untuk mencium tangannya.” Bener nih Ai?…” katanya lagi tak percaya.” Insya Allah betul ayah,…tadi direktur utama sendiri yang menyampaikannya ke Ai langsung.” Kataku sambil mencoba mengulangi ucapan dirutku tadi siang. Kulihat saat itu mereka demikian bahagianya, dalam hatiku, Ya Allah aku ingin menjadi yang terbaik untuk mereka, aku ingin membahagiakan mereka, semoga aku bisa menjadi anak sholehah bagi orang tuaku. Hari pertama menjabat sebagai manager baru divisi operasional dikantorku membuatku menjadi agak canggung, teman-teman yang tadinya kalau ketemu denganku dikantor bersikap biasa saja, sekarang mereka agak menjaga jarak denganku, aku jadi serba salah , sampai akhirnya aku bilang kepada beberapa temanku “ andi, yuni, tini, nggak usah berlebihan yah dalam menyikapi kenaikan pangkatku, aku nggak mau terlalu dihormati, pokoknya biasa saja yah, kalau lagi meeting atau tugas-tugas lain disesuaikanlah dengan porsinya, tapi kalau diluar kantor seperti sebelumnya saja, gimana oke yahhh?” kataku mencoba menghilangkan kekakuan sikap mereka terhadapku. “Aku juga nggak mau loh nggak punya temen dikantor” lanjutku lagi. Memang sih bukan salah mereka bila mereka begitu hormat dengan setiap manager yanga ada dikantorku, akupun dahulu juga begitu, karena direktur utama dikantorku sangat menekankan kewibawaan perlu dijaga didalam kantor, agar setiap keputusan yang diambil tidak melihat secara subjektif, begitu alihnya, ketika aku mencoba untuk menghilangkan tradisi yang menurutku kurang bijak kepada direktur utamaku itu., namun biarlah peraturan tetap peraturan asal tidak ada yang dirugikan, begitu pikirku untuk tidak berdebat di awal jabatan baruku. Hari berganti hari, sekarang aku tidak lagi menjalani jalan setapak disamping rumahku untuk menunggu bus di halte bila hendak ke kantor, seperti dulu yang rutin aku jajaki ketika aku masih harus berlarian mengejar bus kota, kini aku telah mengendarai sebuah mobil yang bagiku cukup wah, maklum aku belum pernah punya mobil, apalagi untuk bisa menyetir mobil , wow rasanya jauh dari bayangku. Ayah tak henti-hentinya selalu mengingatkanku agar aku tidak sombong akan nikmat yang telah diamanahkan Allah swt kepadaku,” ai…ingat yah dimana saja ai berada, jangan tinggalin shalat, jangan menganggap rendah orang lain, jangan sombong, ….” Nasihat ayah bila aku hendak berangkat kekantor, dan masih banyak kata jangan lagi yang aku hapal dan kuingat, karena bagiku, pria ini sangat bijaksana, jujur dan disiplin ,akupun terlalu terobsesi kepadanya, sampai-sampai akupun juga ingin mencari seorang suami seperti ayah, tapi biarlah semuanya sang Khalik yang mengatur, pikirku sambil menghalau lamunanku tentang ayah. Enam bulan sudah aku dengan posisi baruku, semua serba dinamis, aku dituntut untuk mengunjungi beberapa tempat diluar kota untuk menyelesaikan proyek-proyek yang ditangani oleh perusahaanku , dan lambat laun aku jadi sering tidak berada dirumah , mungkin dapat dihitung aku berada dirumah dalam satu bulan hanya beberapa hari saja, sekarang rumahku tidak sesederhana yang dulu, sedikit demi sedikit rumah kuperbaiki, dirumahpun sudah ada yang membantu ibu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, dan menyiapkan masakan untuk ayah dan ibu, karena secara otomatis dengan kesibukan baruku aku sudah tidak lagi bisa membantu ibu, berkali-kali ditiap kesempatan ayah dan ibu selalu mengingatkanku untuk banyak istirahat, dan menjaga kondisi tubuhku, dan aku hanya bilang pada mereka “ bu…,Yah….tidak usah khawatir pada ai, insya Allah ai selalu menjaga kesehatan, ini semua ai lakukan untuk kebahagiaan ayah dan ibu, bukan yang lain, kalau ayah dan ibu ingin pergi ke mall, tempat pengajian atau yang lain, ibu bisa minta diantar ke pak darmo .” begitu kataku, karena kalau aku sedang keluar kota ,pak darmo lah supir pribadiku , yang aku minta untuk standby di rumah, untuk memberikan pelayanan kepada orangtuaku. “ tapi ai, ayah dan ibu kan kangen sama ai, dulu kita selalu sama-sama, tapi sekarang ai jadi jarang dirumah”…kata ayah lembut” tapi ai, walau bagaimanapun , ayah akan selalu mendoakan ai” lanjutnya. “ iya…ayah terima kasih atas doa ayah.”ucapku. Pagi-pagi sekali aku berangkat kekantor, karena ada proyek pembukaan kantor cabang perusahaanku yang harus aku presentasikan jam sepuluh pagi ini, jadi aku harus benar-benar menguasai materi tersebut sebelum aku presentasikan didepan para manager, dirut, dan juga beberapa kolega kami yang berada di wilayah Medan, tempat dimana kantor cabang akan dibuka.. akhirnya setelah aku merasa siap untuk presentasi dan jam telah menunjukkan angka pada 10 tepat, akupun melangkah ke ruang meeting dengan pasti dan disana baru ada beberapa orang yang sudah datang dan menikmati sajian kopi maupun teh yang telah disediakan di atas meja yang berbentuk elips. Wuih dingin sekali ACnya.. batinku , sambil kurasakan tanganku agak menggigil , ini aku yang deg-degan demam panggung atau memang ACnya yang terlalu dingin, ah..kenapa aku harus grogi, bukankah aku sudah biasa presentasi dimana-mana, namun entahlah ada perasaan lain pada presentasiku kali ini, sesuatu yang tidak dapat aku pahami dan kutemukan jawabannya, namun otak kananku segera mereview apa saja yang akan aku sampaikan rasanya, aku telah kuasai, tapi apa lagi yah…ah entahlah….tunggu nanti aja deh….bismillah ucapku, insya Allah akan dimudahkan. Dan setelah semua jajaran direksi dan kolega telah hadir, acarapun segera dimulai oleh pemimpin meeting, setelah didahului dengan serangkaian acara , akhirnya acara punyaknya adalah presentasi tentang proyek kantor cabang yang akan aku sampaikan, alhamdulillah grogiku hilang setelah aku selesai membaca doa pembuka, lalu kemudian aku sampaikan latar belakang kenapa harus membuka kantor cabang, target dan sasaran, jumlah karyawan yang diperlukan, serta kualitas dari produk-produk yang diberikan, setelah hampir 1 jam lebih aku presentasi, selesailah sudah presentasiku, yang diakhiri dengan tepukan yang meriah, bahkan mereka sambil berdiri memberikan salam kepadaku , karena menurut mereka aku memberikan presentasi dengan sangat semangat dan keyakinan yang sangat tinggi, sehingga para kolega yang dating saat itu sangat optimis akan program- program yang akan dicapai oleh kantor cabang tersebut.
Lalu …sampailah pada acara terakhir, dimana kata penutup akan disampaikan oleh direktur utama kami , biasanya beliau memberikan penutup yang merupakan kesimpulan dari setiap acara.”baikilah para hadirin peserta meeting PROYEK kantor cabang, dengan ini seluruh jajaran direksi telah menetapkan, mempertimbangkan dan memutuskan, bahwa, kepala pimpinan cabang untuk kantor cabang yang akan segera dibuka di wilayah sumatera bagian utara tepatnya di MEDAN adalah “ …..” hening sekali tiada yang berani bersuara, suara nyamukpun menjadi terdengar dengan lantangnya, kulirik beberapa orang temanku yang menurutku sangat ambisius untuk memegang tampuk pimpinan di kantor cabang itu, maklumlah wilayah disana menurut beberapa orang adalah wilayah yang banyak pemasukkannya , jadi kata mereka bisa cepat kaya, astagfirullah batinku bila ingat itu cerita itu, ya Allah jauhkan aku dari posisi disana, aku takut tidak bisa memegang amanahMu, lagi pula pikirku aku tidak mungkin dipilih , karena mereka lebih senior dariku,..” Aisyah Putri Ahmad” ikrar pak haryanto, selaku dirut kami dengan suara lantang, “ Beliau walaupun masih tergolong muda, namun memiliki semangat yang luar biasa, dan kejujurannya yang tidak bisa dipungkiri lagi, kita membutuhkan orang-orang yang pintar namun jujur, jadi hal ini bukanlah syarat yang mudah, tetapi kamipun tidak menutup mata bahwa kami memiliki orang yang berdedikasi seperti itu, Aisyah lah orangnya, selamat untuk Aisyah.” Ucap pak haryanto sambil berdiri dan memberikan ucapan selamat padaku. Aku tidak percaya mendengar itu semua, sepertinya aku sedang bermimipi, namun kusadari bahwa ini adalah kenyataan yang harus kuhadapi, aku harus ikhlas beribadah sambil berdakwah memerangi korupsi yang kerap terjadi di tiap perusahaan termasuk diperusahaanku di wilayah medan tersebut, walau aku belum menyetujui, namun , aku memang ingin sekali mencari pengalaman didaerah lain, dan tujuanku untuk membahagiakan ayah dan ibu sepertinya akan segera terpenuhi, aku ingin meraih kesukesan dunia dan akhirat, dimanapun aku berada, aku ingin memberikan kasih dan sayang kepada orangtua, begitu pikirku, karena dalam segi materilah selama ini ayah dan ibu belum pernah terpuaskan, pikirku lagi. Sesampai dirumah, aku belajar menyusun rangkaian kata-kata apa yang tepat untuk aku sampaikan pada ayah dan ibu, memang sejak sampai dirumah aku belum menyampaikan berita itu, aku hanya dikamar saja, apakah aku akan diijinkan oleh ayah dan ibu, bila aku tidak menerima penawaran itu , aku mungkin akan banyak hilang kesempatan lain yang biasanya akan ditawarkan oleh dirutku bagi orang-orang berprestasi seperti sebelum-sebelumnya. Ehm…aku menarik napas panjang, seakan hendak mengeluarkan gundah yang menggelayuti hatiku. “ aku harus berani menyampaikan hal ini, aku akan merayu ayah dan ibu, walau bagaimanapun aku harus menerima tawaran ini, aku harus mendapakan ridhonya” batinku lagi. “ ada apa dengan Ai , ya bu…” Tanya ayah pada ibu, sangat pelan kudengar suaranya dari dalam kamarku, “kurangtau pak, mungkin kecapekan” kata ibu,” yah udah..nanti kita tanyakan saja ba’da shalat maghrib” lanjut ayah. “Maafkan ai, yah yah...” ucapku sambil mencium tangan ayah setelah shalat maghrib berjamah dirumah, kemudian kususul dengan meraih tangan ibuku,” loh ai…koq tangan ayah basah sih…kamu menagis yah….? Selidik ayah sambil menatapku untuk mencari kebenaran dimataku.” Ah nggak ayah...Cuma kelilipan aja kali yah..” hindarku dari tatapan ayah.” Gak mungkin…ai yang ayah kenal , nggak pernah menagis dari masih kecil, kecuali dari hal yang berhubungan dengan ayah dan ibu..,betul kan?” Tanya ayah.” Iya..yah, ada yang mau ai sampaikan pada ayah dan ibu.” Ucapku pelan.” Ada apa ai, ceritakan saja, jangan takut, ibu dan ayah nggak akan marah koq, ada apa sih?” pinta ibu lembut sambil mengelus rambutku. “ ayah….ibu…ai minta ridho ibu dan ayah , ai mau merantau ke daerah medan, untuk memimpin kantor cabang disana…” kuihat mereka terbengong-bengong dan saling pandang, belum sempat mereka bertanya aku teruskan kata-kataku “ ini kesempatan ai yah..untuk berprestasi lebih besar lagi, ai ingin ayah dan ibu bahagia, ai ingin mengajak ayah dan ibu keluar negeri, itukan yang ai cita-citakan dulu masih kecil, tentu ayah dan ibu masih ingat, karena setelah selesai menjalankan tugas di medan, biasanya akan dipercayakan untuk memimpin kantor perwakilan di luar negeri, yah….boleh yah ..yah…bu”…suasana hening seketika, akhirnya ayah yang mulai membuka pembicaraan” apakah sudah ai fikirkan masak-masak?…ayah senang sekali,ai mendapat tawaran ini, sangat senang sekali, ayah memiliki anak wanita yang shalihah, walaupun ai anak tunggal, ai tidak manja, ai mandiri, dan berusaha membahagiakan kami, apa yang ayah dan ibu tidak bisa berikan ke ai selama ini, justru ai yang memberikan kepada kami, tadinya ayah tidak punya baju mahal sekarang ayah punya, tadinya ayah dan ibu tidak pernah naik mobil pribadi sekarang ayah tinggal duduk saja dibelakang, dengan AC yang dingin…? Ai…kalau ai bahagia dengan tawaran itu, ayah dan ibu akan selalu bahagia dan mendukung kebahagiaan ai , jangan fikirkan ayah dan ibu, karena tugas ayah dan ibu adalah membahagiakan ai, ai jangan bingung , insya Allah doa ayah dan ibu akan merestui ai.” Ucap ayah sambil kulihat ada mutiara bening jatuh ke pipinya yang dipenuhi dengan kerut tanda usia telah lanjut, begitupun kulirik ibu yang mencoba menahan isak tangisnya, akhirnya kami saling berangkulan, melepas tangis kami, mungkin tangis yang penuh dengan berbagai rasa, sedih, bahagia, dan rindu mewarnai tangisan pada malam itu, Ya Allah terimakasih atas kemudahan dari-Mu, ucapkan tulus dan bahagia. Tiga bulan sudah aku berada di Medan , ini adalah pertama kali aku jauh dari orang tua, maklum selama sekolah dari SD sampai kuliah aku memang di Jakarta, walau waktu kuliah aku harus pulang pergi Jakarta-Depok , namun itu semua rela aku lakukan asal aku tetap selalu dekat dengan ayah dan ibu,demi meningkatkan taraf hidup dari segi materi untuk ayah dan ibuku, dan alhamdulillah Allah memberikan otak yang encer, dimana aku lulus sebagai mahasiswa terbaik dari seluruh angkatanku saat itu, dan dengan mudahnya banyak perusahaan besar menawarkanku untuk bekerja di tempatnya, wow, bukan main senangnya ayah saat aku mulai bekerja pada hari pertamaku dulu, banyak angan dan asa yang ayah ibu titipkan kepadaku, karenanya setelah aku mendapat kesempatan dari perusahaan , tempat dimana ku bekerja saat ini, aku bertekad untuk mengubah nasib ekonomi kami, kami memang sangat bahagia, namun dari segi ekonomi kami juga ingin menikmati sebagaimana layaknya tetangga kami. Sehingga sampailah aku sekarang merantau jauh dari kota kelahiranku, untuk memberikan yang terbaik bagi ayah dan ibu. Kenangku akan napak tilas yang telah aku lalui. Alhamdulillah, tiga bulan aku di Medan, komunikasiku dengan ayah dan ibu tidak pernah putus hampir setiap hari aku menelepon ke rumah ataupun ke handphone yang pernah aku belikan untuk ayah, walaupun hanya sekedar menanyakan sudah makan atau belum , dan sebagainya. Namun kumerasakan kegembiraan di batin mereka apabila aku menghubungi mereka terlebih-lebih ibu yang tak lepas dengan isaknya bila aku mengingatkan ibu untuk jangan terlalu capek. Sedangkan ayah selalu mengingatkanku akan shalat dan menjaga diri, karena sebagai seorang wanita yang masih sendiri, ayah sangat menghawatirkan aku, tapi ayah percaya aku bisa menjaga diri, itulah yang membuat aku yakin bahwa restu mereka selalu mengikutiku. Waktu terus berlalu dengan lambatnya, satu tahun aku berada di Medan, setengah tak percaya saat ini, aku menerima surat rekomendasi dari direktur utamaku, bahwa masa tugasku 2 tahun di Medan dan setelah itu aku akan ditugaskan ke Singapura untuk memimpin kantor perwakilan dinegara singa tersebut, wow…kucoba ulangi lagi, sedemikian cepatnya, ayah dan ibu pasti akan senang mendengar berita ini, karena disana aku boleh mengajak orang tua bagi yang belum menikah, biasanya paling cepat tiga tahun, baru kami akan dipercayakan untuk memimpin di kantor perwakilan Singapura, tapi ini, dua tahun…masih ada satu tahun lagi…” pikirku, tidak lama koq.., kuraih handphone, lalu kuhubungi nomor yang sudah sangat kuhapal “ assalamu’alaikum…ayah..? ini ai, yah….kita sepertinya jadi ke singapura, yahh, setelah satu tahun ini..” kataku bahagia.” Sungguh ai…” ucap ayah tak percaya.” Iya ayah…ini sudah ada surat keputusannya, dan ai akan mengajak ayah dan ibu …, jadi doakan ai ya yah…untuk menyelesaikan tugas ai dengan baik disini…” “ pasti ai…pasti ai….nanti ayah beri tahu kabar baik ini pada ibumu…” begitu kata ayah, yang langsung menutup telepon, padahal aku belum selesai bicara. Alhamdulillah kumerasakan keceriaan di hati mereka dengan berita baik ini, semoga Allah memudahkan semuanya , Amien. Lima bulan lagi aku akan menyelesaikan tugasku di Medan, sedikit banyak aku mulai megerti budaya dan bahasa Medan, lumayan buat menambah khasanah bahasa dan budaya yang telah ada, wow..aku akan kumpul lagi dengan ayah dan ibu…” khayalku malam ini sambil berusaha memejamkan mata yang tak kunjung terpejam Entahlah aku tidak tahu mengapa aku gelisah sekali malam ini., biasanya aku sangat mudah tertidur kalau kepalaku sudah menyentuh bantal, apalagi kalau siangnya aku sibuk sekali. Tapi malam ini, kenapa lain dari yang lain, kubalik-balikan bantal, kubaca buku dan majalah yang telah habis kubaca, sama juga belum tertidur juga. Dan…ketika aku sudah mulai lelah dan mengantuk, tiba tiba.”kring.kring…kring…” suara telepon rumah berbunyi, “ huh..siapa sih malam-malam begini telepon, orang iseng kali…” pikirku lagi..dan meneruskan tidurku yang tadi sulit aku dapat…selang 5 menit teleponku berbunyi lagi, tapi tetap aku tak angkat, biasanya kalau dari ayah dan ibu, kalau sangat penting aku akan ditelepon ke handphoneku. Lalu setelah aku mulai melanjutkan tidurku, tiba-tiba ring tone shalawat mengalun panjang dan nyaring dari handphoneku, kulirik jam weker di meja samping tempat tidurku, pukul 2 lewat 10 pagi, siapa yah malam-malam menelepon aku, kalau kolega atau dari kantor mengapa harus malam-malam, bukankah besok pagi bisa dibicarakan , upss nomor HP ayah…ada apa nih ayah nelepon malam-malam, tidak seperti biasanya.kutekan tombol “yes” dengan rasa was was” Assalamu’alaikum…”sapaku” ai , ini mama rita…maaf ai, ibu ai minta mama rita untuk telepon ai, untuk meminta ai pulang besok pagi-pagi sekali…ada hal penting…? Kata mama rita dengan nada sedih, namun lamat-lamat kudengar dibelakang mama rita suara tangisan ibu,” ada apa mama rita, kataku tak sabar untuk mendengar penjelasan dari mama rita, “ ayah ai..sudah tidak ada lagi sekarang…”katanya terbata-bata” apa???? Mama rita nggak salah kan..?ke..na…pa.. ma..? tanyaku tak percaya” selagi hendak mengambil air wudhu untuk shalat tahajud jam setengah dua pagi tadi , ayah terjatuh dikamar mandi, dan baru diketahui jam 2 pagi ini, ayah ai sudah tiada, sabar ya ai…” hibur mama rita , kututup gagang telepon, tak peduli masih ada suara memanggil dari seberang telepon, kumenangis sambil beristigfar meminta ampunan pada Allah akan dosa-dosa ayah…segera kuambil foto ayah di koleksi albumku, kupandangi sambil menangis, dan mengingat segala nasihatnya, senyumnya, kejujurannya yang selalu dia tanamkan pada aku anak semata wayangnya. Tekadku aku harus pulang besok, pada penerbangan pertama, walau aku belum mendapatkan tiket, namun aku akan berusaha untuk mendapatkan tiket pulang, berapapun harganya, sambil ku bermunajat pada Rabbi..untuk kemudahan perjalananku, agar aku bisa melihat jasad terakhir ayah. Aku tak mengira pembicaraan sore tadi dengan ayah adalah yang terakhir. pantas saja ayah seperti sudah merasa akan ajalnya , disela-sela obrolan kami dia berpesan “ bila ayah sudah tidak ada, kamu jaga ibu kamu yah , jangan dibiarkan sendiri, dia selalu merindukan ai tiap malam…” katanya,” ayah nggak boileh ngomong begitu, tenang deh nanti kita sama-sama ke Singapura, kita bisa kumpul lagi deh…tinggal lima bulan lagi koq…, doakan ai ya..yah, ai akan ingat pesan ayah” itulah baik terakhir yang aku ingat dari ayah, dan sekarang dia sudah pergi.tak tak akan kembali lagi..jauhhhh…sekali untuk menghadap Sang Pemilik raga di dunia ini, Allahu Rabbi. Satu minggu sudah kepergian ayah ,aku memang mengambil cuti panjang kurang lebih 2 minggu dengan mendapat dispensasi dari kantor pusat, dan ketika aku sedang melamun, kutatap wajah ibu, kumerasakan wajah yang renta dan lelah…yang membutuhkan kasih dari belaian seorang anak…apakah aku tega meninggalkan ibu sendirian dirumah sebesar ini, yang hanya ditemani oleh orang lain untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari..tiba-tiba kuteringat pesan ayah terakhir, bahwa aku diminta oleh ayah untuk menjaga ibu, bila ayah sudah tiada..Rabb aku diantara dua pilihan ,kembali ke Jakarta mendampingi ibu yang telah berusia 60 tahun lewat atau menyelesaikan 5 bulan tugasku di Medan demi melengkapi kebahagiaan mereka, yang kini hanya tinggal ibuku..batinku lirih. Ibu memang orang yang pendiam , bila meminta sesuatu dia hanya diam , sehingga kita tidak tahu apa keinginanya, akhirnya aku beranikan diri bicara ke ibu yang kulihat masih tampak kesedihannya, walau ibu mencoba untuk tegar.” Ibu …4 hari lagi ai..akan kembali ke medan, apa yang ingin ibu inginkan dari ai.., ..ucapku lembut. Ibu hanya diam sambil meneteskan bulir air mata , “ ibu ingin ai disini ?, menemani ibu…dan kita kumpul sama-sama lagi?” kataku memberanikan diri walau pertanyaan itu sangat berat untuk aku penuhi. Tiba-tiba ibu memelukku sangat erat, seolah tidak ingin melepasku pergi…dan ternyata benar dugaanku , dari ucapan ibu.” ibu ingin kita berkumpul lagi…ibu tidak ingin ditinggal ai lagi, ibu mau menghabiskan masa tua ibu bersama anak ibu, itupun kalau ai tidak keberatan, tapi…” ibu memutuskan ucapannya…”tapi apa bu…?” kataku ingin tahu kelanjutan ibu,” tapi…bila ai tak ingin kehilangan kesempatan emas ai yang selama ini ai bangun dan mimpi-mimpikan , ibu tak bisa memaksa, pergilah ai …gapai semua mimpi ai…restu ibu tetap bersamamu…” kata ibu terlihat pasrah. Ya…Allah inikah pilihan yang harus aku jawab dalam waktu yang cepat, aku harus memberikan jawaban sebelum kepergianku ke medan, dan inikah pertanyaan yang ibu simpan dalam-dalam sepeninggal ayah ,karena takut mengecewakanku… setelah kami selesai bicara, aku langsung mengambil wudhu untuk shalat istikharah demi mencapai keputusan yang tepat dari Sang Pencipta, ku keluarkan mobil di garasi , ku setir menuju arah kantorku…kunyalakan komputer dan kuketik sebuah kalimat : “ SURAT PERMOHONAN PENGUNDURAN DIRI dari Kantor Cabang Medan”, yah…inilah keputusan yang kudapat dari shalatku, kutak perduli lagi dengan singapura dan jabatan lainnya yang akan kuperoleh, bagiku ibu lebih penting dari segalanya, ridho allah terletak pada ridho orangtua. Akan aku serahkan surat pernyataan ini pada direktur utamaku hari ini, semoga beliau mau mengerti. Ibu… ai akan selalu mendampingimu….ucapku penuh dengan kepuasan , sambil berjalan pasti menuju ruang direktur utama, Bismillah……ucapku yakin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat