SEPULUH
TAHUN SILAM……
Hari ini tak seperti biasanya, hari ini adalah hari Aku
mulai membuka praktek dokter di
rumahku…wuihhh bahagianya , Aku benar-benar ingin mengaplikasikan ilmuku
didunia nyata sekaligus beramal sholeh., kini saatnya Aku ingin membahagiakan
ibu dan adik-adiku dari jerih payah dan tangis yang pernah kami keluarkan dalam
perjalanan hidup ini, dan saat ini ada
asa besar yang akan Aku wujudkan kepada
sosok wanita yang telah melahirkan ku ke
dunia ini, selintas terbayang wajah Emak yang sabar dan penyayang, yang
sayangnya tidak hanya kepadAku saja tetapi kepada tetanggAku yang lain, tak
heran banyak tetangga yang sering datang kerumah untuk memberikan kelebihan rezeki mereka untuk Aku dan Emakku
nikmati juga, biasanya Emak selalu menyisakan makanan nan sedap dari tetangga
apabila Aku sedang tidak ada dirumah, terlebih- lebih ketika saat Aku akan
menghadapi ujian akhir kuliahku, Emak begitu tekunnya mengingatkanku agar Aku
tidak lupa makan, bahkan menyediakan beberapa mie instan untukku bila saat
malam nanti Aku bangun untuk belajar dan kemerasakan lapar Aku bisa memasaknya, “ Ti…nich Emak letakkan mie di
dalam lemari dapur, kalau-kalau kamu
lapar nanti malam, tapi jangan sampai kekenyangan ya ti, nanti kamu nggak bisa
belajar lagi…malah tidur karena kenyang. Jangan lupa shalat tahajud, agar Allah
SWT memberi kemudahan kamu dalam ujian Sidang besok” begitu pesan Emak panjang
padAku, selalu begitu kalau Aku mau ulangan apalagi ujian ini adalah sidang ,
Aku jadi hapal bait per bait, ucapan Emak. “ Iya mak, makasih, Emak jangan
repot-repot sama siti, kalau lapar siti kan bisa makan nasi dingin yang masih
ada di meja sama lauk yang sisa, kalau masih bisa dimakan , mending uangnya
Emak simpan saja buat keperluan besok, siti juga kan sudah mulai mengurangi
makan mie instan mak, karena kalau banyak dan sering nggak bagus buat kesehatan
mak,..” ucapku lirih, agar tidak menyinggung perasaannya. Yah…begitulah
semenjak Bapak meninggal 8 tahun yang lalu, Aku dan Emak memang hidup
memprihatinkan, tidak ada harta yang ditinggalkan Bapak , kecuali rumah yang
kami tinggali saat ini, namun bagiku Aku dan Emak selalu bersyukur pada yang
Kuasa, karena kami tidak perlu repot-repot mencari uang untuk membayar sewa rumah, karena itulah warisan kakek yang
Bapakku dapati, selain itu Bapak juga tidak meninggalkan hutang semasa
hidupnya, sehingga kami tidak dibebankan oleh hal-hal tersebut . Bapak terkenal
sangat jujur semasa hidupnya, tegas dan keras, namun beliau pribadi yang sangat
rendah hati dan tidak menyenangi permusuhan kepada siapapun, walaupun dia harus
kehilangan apa yang telah menjadi haknya, seperti yang dialami Bapak semasa
hidupnya. Walaupun Bapak anak bungsu dari dua bersaudara, namun Bapak tidak
pernah mau menengadahkan tanganya ke kakek tanpa melAkukan suatu usaha,
biasanya menurut cerita Bapak kalau Bapak minta dibelikan sepatu , pasti Bapak
akan bangun pagi-pagi dan mengisi bak sumur untuk kakek dan nenek mandi, dan
walaupun kakek nenek tidak mewajibkan hal itu namun Bapak melAkukannya dengan
ikhlas semata bukan karena suau imbalan, dan ada kalanya dengan usaha yang dia
keluarkan belum tentu di berikan ingatanku berulang pada tiga tahun yang silam
, ketika saat itu Aku duduk di kelas 3 SMP, saat itu Aku mendengar suara
ribut-ribut dari ruangan tamu.”
Pokoknya, tanah di jalan raya panjang itu harus dijual, untuk melunasi hutang
pengobatan Ayah kepadAku waktu ayah masih hidup” begitu suara lantang dari
Paman Herman, jelas sekali kudengar, “ Iya..tapi kan biaya itu telah kita
bagi-bagi secara adil untuk pengobatan ayah, dan Mas Her memang yang paling
besar biaya pengeluarannya, tapi itu kan seimbang dengan tanah dan rumah yang
telah Mas tempati sekarang, jadi rasanya wajar kalau Mas Herman paling besar
biayanya, dan lagian Mas Herman kan yang paling berkecukupan bahkan berlebih
dibanding yang lain dan hal inipun telah kita sepakati bersama sewaktu dulu”
begitu Bapak mencoba mengingatkan Paman. “ aagh…itu kan dulu, lagian buat apa sih kita pakai cara patungan , kalau
Ayah masih memiliki tanah yang letaknya strategis untuk dijual , buat apa harus
kita yang menanggung” hardik Paman Herman. “ Astagfirullah….istighfar Mas ,
nggak baik mengungkit-ungkit yang telah kita berikan untuk orangtua ,apalagi
orangtua kita sudah meninggal, mereka telah memberikan kita banyak kebutuhan
sampai kita seperti sekarang ini” Ucap Bapak berusaha mengingatkan Paman
Herman. “ Pokoknya Aku tidak perduli, Aku akan jual seluruh tanah Ayah, walau
ini adalah yang terakhir, dan kamu
Dadang, kamu kan Adikku , tak pantas kamu mencegah apa yang akan Aku
lAkukan, kalau kamu berusaha mencegah…tahu sendiri akibatnya.” Ancamnya kepada
Bapak sambil mengangkat jari telunjuknya
kearah muka Bapak. Begitulah dialog akhir yang Aku dengar dari kedua bersaudara
itu , yang ternyata adalah dialog terakhir pula dalam kehidupan persaudaraan
mereka, karena semenjak itu Paman Herman benar-benar tidak mengindahkan ucapan
Bapak , semua tanah warisan yang letaknya memang sangat staretegis dan banyak
menjadi incaran para makelar tanah akhirnya telah berpindah tangan dalam
hitungan beberapa hari saja semenjak perdebatan tersebut. Paman menjualnya
dengan sangat murah menurut Bapak berdasarkan informasi yang Bapak peroleh dari
beberapa tetangga,dan Paman Her sekarang tinggal di rumah yang sangat mewah,
dan tak sepeserpun Bapak mendapatkan haknya atas penjualan tanah tersebut,
namun bagi Bapak , harta banyak bukanlah tujuan hidup, begitulah yang selalu
Bapak tanamkan pada kami , sehingga Aku sebagai anak sulung Bapak, tidak iri
kepada rini anak Paman Herman yang juga sebaya dan satu kelas dengan ku, yang
kemana-mana selalu diantar dengan mobil oleh sopirnya. Bagi Bapak , Aku dan dua
adikku bisa sekolah itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi Bapak dan
Emak. Inilah yang membuat Aku semangat dalam belajar, dan berusaha membantu
meringankan beban Bapak dan Ibu dalam membesarkjan kami, dan walaupun Aku masih
belajar di sekolah menengah atas, Aku sudah mulai memberikan les privat pada
anak-anak SMP maupun SD yang tentu saja bayaran dari mereka, Aku gunakan untuk
kebutuhan sekolahku dan dua adikku. Saat
ini Aku sudah lulus kuliah, ijazah sarjana S1 jurusan Kedokteran telah kukantongi, dan Aku berhasil meraih gelar itu
dengan predikat Cum Laude, Alhamdulillah semua kelulusan dan keberhasilanku
tidak lepas dari pertolongan Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan kepadAku
dalam belajar di fAkultas yang tidak semua orang mampu menyelesaikan dengan mudah, apalagi harus
nyambi pekerjaan lain sepulang sekolah, makan dengan gizi yang seadanya
terhidang di meja itupun bila ada, dan alhamdulillah Aku mempunyai banyak
tetangga yang baik-baik, semua biayAku ditanggung oleh mereka secara gotong
royong, dan memang ada tetangga dekat rumahku yang menjadi donatur tetap biaya
kuliahku juga adik-akdikku, dia adalah
Pak H.Burhan yang memang seluruh anak-anaknya telah menjadi orang yang berhasil
dan tidak tinggal lagi dirumah besar itu, dan awalnya pak burhan ini memang
ingin sekali punya anak yang sekolah di kedokteran , namun karena ketiga
anaknya tidak ada yang berminat pada kedokteran melainkan pada bidang bisnis,
sehingga cita-cita itulah yang diamanahkan kepada ku, dia pernah bilang padAku
“ Siti.. bukan Bapak mEmaksa siti untuk harus mengikuti keinginan Bapak, tapi
kalau siti lihat bahwa dengan menjadi dokter, maka siti akan mempunyai
kesempatan untuk menolong banyak orang, terutama orang yang tidak mampu” begitu
nasihtanya, memang sebelum pak burhan
berbicara seperti itu, Aku juga sangat ingin sekali untuk menjadi
dokter, karena beberapa tahun yang lalu,
Aku sangat tidak berdaya menghadapi kepergian Bapak, yang meninggal
dipangkuanku, saat itu Bapak terkena
penyakit Jantung, Aku ingin membawa
kerumah sakit, saat nafas Bapak masih terdengar, namun…Aku dan ibu tidak punya uang, kucoba meminjam
uang kepada Paman Herman, namun hanyalah amarah yang Aku dapat “ Tidak ada
uang…kamu pikiri Aku tempat penyimpanan uang… pergi sana… bila saatnya memang
harus meninggal…relakan saja..” hardiknya. PadAku “ Astaghfirullah…” batinku ,
Aku tidak bisa berbuat banyak, Aku hanya menangis disepanjang jalanku mengingat
perlAkuan Paman Herman dan istrinya kepadAku , dan inilan awal mulanya Aku
dipertemukan Allah SWT kepada seorang pria tua yang umurnya mungkin sekitar 65
tahunan yang ternyata bernama Haji Burhan yang saat itu dari jauh Aku lihat dia
sedang berusaha kembali ke jalan setapak yang tadi dia telah lewati untuk mengambil koyah hajinya karena memang
tadi angin agak besar, sepertinya kopyahnya tidak terlalu masuk dikepalanya,
sehingga terbang terbawa angin, namun sebelum dia berusaha balik mengambil
kopyahnya Aku sudah memungut kopyah itu dan kuberlari kearah pak haji tersebut
“ ini , pak haji kopyahnya.., tadi ada disana” katAku sambil menyerahkan kopyah
itu,” Makasih ya…neng, udah mau ngambilin kopyah pak haji” katanya seperti
mengayomi.” Sama-sama pak haji..” katAku sambil berlalu namun masih agak
sesegukan. “ Neng…ini ada sedikit buat ongkos neng…”…panggilnya, membuat ku
berbalik badan menghadap ke arah pak haji.” Nggak usah pak haji…siti ikhlas
koq. Lagian kan sudah kewajiban siti buat nolongin orang lain.,..yang butuh
pertolongan…permisi ya pak haji,…assalamu’alaikum” katAku lagi.” Neng…”
panggilnya lagi, yang membuat langkahku terhenti..” Koq neng…nangis sih , ada
apan neng, siapa tahu pak haji bisa Bantu..” katanya dengan keBapakan.” Bapak siti lagi sakit pak haji…mau dibawa ke rumah
sakit tapi siti dan Emak nggak punya duit..” katAku menjelaskan.” Kalau gituh
sekarang aje yo’ kite bawa kerumah sakit yang paling mahal…” katanya lagi..”
jangankan yang mahal pak haji, yang murah aja siti nggak bisa bayar, gimana
yang mahal, hanya Allah yang mampu memberikan jalan ke siti, untuk bawa Bapak
ke rumah sakit” jelasku sambil berdoa pada Allah di tengah kepiluan hati ini,
tapi tiba-tiba pak haji itu mengeluarhan handphonenya dan memintAku untuk menunggu
sebentar, lalu tidak lama berselang dari waktu pak haji telepon dari kejauhan
datang sebuah mobil mewah yang ternyata milik Bapak haji tersebut, yang
ternyata adalah seorang yang kaya dan rumahnya tidak berjauhan dengan tempat
dimana Aku bertemu dengan pak haji saat itu. Dan akhinrya Nyawa ayah tidak bisa
diselamtkan lagi, manusia bisa berencana , Allah jualah yang menentukan
semuanya , namun bagiku Aku menjadi lebih tenang ditinggalkan ayah karena kami
telah berikhtiar dalam berusaha menyelamatkan nyawa ayah , terlebih-lebih ayah
dibawa ke rumah sakit paling mewah di daerah
kami, dan sejak sepeninggal ayah
pak haji burhan berniat menjadi orangtua asuh untuk Aku dan dua adikku, “
Ya..Allah …terimakasih atas nikmat-Mu, semoga Aku bisa menjadi hamba-Mu yang
pandai bersyukur dan mampu mengemban amanah dari_Mu, dan semoga pak Haji Burhan
Engkau berikan kesehatan dan keberkahan
akan harta-nya amien” doAku, karena rasa syukur dan dzikir yang tak pernah
habis kuukir dalam hati dan ucapku…Sesaat Aku tersentak karena suara azan zuhur
membuyarkan lamunanku, karena keberhasilanku
tak lepas dari semua pihak keluyarga termasuk pak haji burhan sebagai
orang tua asuhku.
Setelah melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah dengan ibu di
rumah..tiba-tiba ada hal yang Aku tanyakan pada Ibu “ mak…Paman herman sekarang
tinggal dimana yah…”katAku hati-hati..sambil mencium tangan Emak.” Emak juga
nggak tahu nak, terakhir Emak dengar , dia sudah tidak tinggal dirumah yang
dulu lagi, katanya rumah itu dijual dan dia beli rumah baru di tempat lain agak
pinggiran , tapi Emak nggak tahu lagi selain itu, kita doakan saja biar pada
sehat yah ti..” kata Emak..dengan tulusnya” iya…mak”.katAku pamit untuk kembali
keruang praktek karena beberpaa pasien sudah menungguku, entahlah sampai saat
ini Aku masih belum bisa melupakn perlAkuan kasar yang kutrima dari Paman
herman, entah sampai kapan…
Hari berganti hari, begitupun minggu, bulan dan tahun,
genap dua tahun sudah Aku telah membuka praktek dirumahku, namun hari ini, Aku
melihat pemandangan lain di depan pagar rumahku , kulihat ada seorang pengemis kotor sedang menggaruk
–garuk kulitnya hingga mengeluarkan darah dari tiap garukkannya , mungkin
karena demikian sakitnya hingga dia tak sabar untuk menggaruk tangan dan
sekujur tubuhnya yang lain, tak heran setiap orang yang melewatinya selalu
memalingkan muka, menutup hidung, dan ekspresi lainnya yang beragam terhadap
pengemis itu. Akupun jadi penasaran dibuatnya apa yang menyebabkan pengemis itu
berada di depan pintu pagar rumahku, karena sedikit banyaknya akan membuat
orang yang hendak berobat ke tempat praktekku jadi mengurungkan niatnya…” Maaf
Bapak…Bapak mau berobat?” kataku pelan namun agak menjauh…” tidak…nak..Bapak
sedang mencari keponakan Bapak yang dulu pernah Bapak usir…tapi Bapak tidak
tahu kemana mereka pada pergi…Bapak menyesal telah mengusir mereka…” katanya
dengan susah payah..” Opss..tunggu dulu…seketika lamunanku kembali pada
kejadian sepuluh tahun silam…jangan…jangan ini Paman hermanku yang dulu yang
penuh dengan amarah dan nafsu angkara murka , sesaaat pikiranku bermain main
dengan jahilnya, seakan-akan setan datang merayuku untuk menjadi sahabatnya,
Aku tak lagi mendengarkan cerita pengemis itu yang ceritanya sama dengan cerita
yang Aku alami sepuluh tahun silam, orang itu itu bilang telah tobat dan ingin
menebus kesalahannya pada keponakannya itu yang tak lain adalah Aku sendiri,
namun dia tidak menyadari hal itu, sekali lagi Aku akan memainkan peranku
sebagai orang jahat ,seperti yang dulu pernah ia lAkukan , batinku…Astaghfirullahaladziim…tiba-tiba
Aku tersentak sendiri yang membuat heran
pengemis itu melihat Aku mengeluarkan air mata, Aku berkali-kali
istighfar…nyaris saja Aku menjadi budak syetan…Aku lupa nasehat yang
disampaikan Pak Haji Burhan waktu dia menolongku saata itu, agar Aku tidak
dendam kepada orang yang telah menyakitiku seberapapun jahatnya orang itu…..dan
Aku sadar, bahwa karena kekejamannyalah saat itu ,yang sekarang membawa Aku
menjadi orang yang mandiri dan sukses bersama keluargAku….batinku lagi,…akhirnya…..kuajak
masuk pengemis itu kedalam rumah yang tak lain adalah Pamanku….kubersihkan
kotoran yang melekat pada kakak Bapakku itu…dan kulihat dia hanya menatapku penuh dengan
keheranan……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat