๐น☘☘☘๐น
*Kuliah Ramadhan Hari Keduapuluhlima*
MENGAPA TIDAK BISA KHUSYU’?
@ Cahyadi Takariawan, Dewan Pembina LazisQu
Khusyu’ dalam shalat bukanlah perkara mudah, apalagi dalam kehidupan kita saat ini. Hal ini telah dinyatakan oleh Nabi Saw:
“Yang pertama kali diangkat (oleh Allah) dari umat ini adalah sifat khusyu’, sehingga (nantinya) kamu tidak akan melihat lagi seorang yang khusyu’ (dalam ibadahnya)”. HR Ath Thabrani, dinyatakan shahih oleh syaikh Al Albani dalam Al Jami’ush Shahih no. 2569.
Mengapa tidak khusyu’ dalam shalat? Ada sangat banyak sebab, namun di antara sebab yang utama adalah kurangnya ilmu. Tidak akan khusyu’ shalatnya orang yang tidak berilmu dengan benar.
Nabi Saw pernah berdoa, meminta perlindungan kepada Allah dari empat hal yang tercela. “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan”. HR Muslim no. 2722.
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi dijelaskan, bahwa Nabi Saw menggandengkan empat hal tercela tersebut, sebagai isyarat bahwa ilmu yang tidak bermanfaat memiliki tanda-tanda buruk, yaitu hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.
Imam Ibnu Rajab Al Hambali berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa ilmu yang tidak menimbulkan (sifat) khusyu’ dalam hati maka ini adalah ilmu yang tidak bermanfaat”.
Artinya, khusyu’ adalah natijah atau hasil dari ilmu yang bermanfaat.
Imam Al ‘Ala-i ---sebagaimana dinukil oleh Imam Al Munawi dalam kitab Faidhul Qadir berkata: “Ketika Rasulullah menggandengkan antara memohon perlindungan (kepada Allah Ta’ala) dari ilmu yang tidak bermanfaat dan dari hati yang tidak khusyu’, (maka) ini mengisyaratkan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah yang mewariskan sifat khusyu’ (dalam diri manusia)”.
Lebih lanjut, Imam Ibnu Rajab menjelaskan, “Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang merasuk dan menyentuh hati manusia, kemudian menumbuhkan dalam hati ma’rifatullah (mengenal Allah Ta’ala) dan meyakini kemahabesaran-Nya, rasa takut, pengagungan, pemuliaan dan cinta (kepada-Nya). Tatkala sifat-sifat ini telah menetap dalam hati, maka hatinya akan khusyu’ lalu semua anggota badannyapun akan khusyu’ mengikuti kekhsyu’an hatinya”.
Inilah hakikat khusyu’ yang merupakan natijah dari ilmu yang bermanfaat. Tidak akan bisa khusyu’ orang yang tidak berilmu, dan hanya orang berilmu sajalah yang akan bisa takut kepada Allah, sebagaimana firmanNya:
{ุฅَِّูู
َุง َูุฎْุดَู ุงََّููู ู
ِْู ุนِุจَุงุฏِِู ุงْูุนَُูู
َุงุกُ}
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Fathir:28).
Oleh karena itu, untuk mencapai khusyu’ dalam shalat, harus berbekal ilmu yang benar. Yaitu ilmu untuk mengenal Allah dengan semua nama dan sifat-sifatNya, sampai kita merasakan ihsan pada saat shalat, merasakan bahwa kita benar-benar tengah berhadapan dengan Allah bahkan berdialog denganNya.
Sebagaimana penjelasan Hatim Al Asham tentang bagaimana ia melakukan shalat. “Kemudian aku pergi ke masjid, aku siapkan semua anggota badanku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian ‘shirath’ dan aku menganggap bahwa shalatku kali ini adalah shalat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik”.
“Setiap bacaan dan doa dalam shalat aku paham maknanya, kemudian aku ruku’ dan sujud dengan tawadhu’, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku shalat selama 30 tahun.”
Mari semakin giat belajar menambah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang akan membuat hati kita bisa khusyu’, jiwa yang selalu puas, dan doa yang dikabulkan Allah. Jangan lupa, perbanyak sedekah, mumpung ketemu bulan penuh berkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat