KAJIAN TENTANG SEDEKAH TIDAK MENGURANGI HARTA – CERAMAH SINGKAT TENTANG SEDEKAH – AKTUALISASI AKHLAK MUSLIM
Ini salah satu diantara bentuk kemurahan hati seorang mukmin, yaitu di dalam dirinya ada sifat suka membantu. Yaitu ada kemurahan hati sehingga dia mau berbagi kepada sesama. Ini merupakan akhlak yang mulia. Lawannya adalah orang yang bakhil, kikir, pelit, ini adalah akhlak yang tercela.
Tentu saja tidak ada orang yang menyukai sifat orang yang memiliki sifat kikir, bakhil, tidak mau berbagi didalam kehidupannya. Maka dari itu Islam menganjurkan kepada pemeluknya, kepada umatNya, kepada kaum muslimin supaya gemar bersedekah dan menjadikannya ini sebagai salah satu syiar kaum muslimin. Yaitu mereka suka berbagi kepada sesama. Karena salah satu rukun Islam adalah membayar zakat yang bentuknya adalah mengeluarkan harta.
مِنْ أَغْنِيَائِنَا فَجَعَلَهَا فِي فُقَرَائِنَا
“dari orang-orang kaya diantara kami kemudian membagikannya kepada para fakir miskin” (HR. Tirmidzi)
Sehingga tidak ada kesan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Tapi adanya semangat untuk saling menutupi satu sama lainnya. Orang kaya perlu orang miskin, karena doa orang-orang miskin ini mungkin lebih didengar Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ
“Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya (do’a) orang-orang yang lemah (diantara) kalian” (HR. Bukhari)
Dan orang miskin perlu sedekah ataupun bantuan dari orang-orang kaya. Begitulah kita hidup ini saling membutuhkan satu sama lainnya. Kalau Allah memberikan kepada kita kelebihan harta, maka bantulah kepada sesama. Berbuat baiklah kamu kepada manusia sebagaimana Allah telah memudahkan kita untuk mendapatkan rezekiNya.
Ada beberapa poin yang sudah kita bahas, salah satunya adalah sedekah akan mendatangkan keberkahan pada harta kita walaupun nominalnya berkurang.
Ketika kita bersedekah, nominalnya memang berkurang. Akan tetapi keberkahannya bertambah. Maka dari itu Nabi mengatakan:
مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ
“Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah” (HR. Tirmidzi)
Baca Juga: Melawan Hawa Nafsu dan Meninggalkan Sebab-Sebabnya
Kalau kita lihat dari sisi nominalnya, pasti berkurang. Akan tetapi kita lihat ini dari sudut pandang yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melihat banyak perkara itu dari berbagai sudut pandang. Misalnya Nabi memandang bertambahnya harta dengan sedekah. Ini sesuatu yang yang kita katakan bertentangan dengan hakikat dan kenyataannya. Orang yang bersedekah pasti berkurang hartanya. Harta yang dikeluarganya ini mungkin menjadi berkah. Berubah bentuknya menjadi bentuk rezeki-rezeki yang lain. Allah ganti itu dengan bentuk rezeki yang lain. Bisa berupa kesehatan, keselamatan yang juga merupakan rezeki yang terkadang kita tidak memandangnya sebagai sebuah rezeki dari Allah. Allah subhanahu wa ta’ala mengajak kita untuk memberikan pinjaman kepada Allah.
مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّـهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّـهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ﴿٢٤٥﴾
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 245)
Artinya akan bertambah seperti seorang yang membesarkan anak ontanya sehingga untanya itu memenuhi lembah dan gunung-gunung. Seperti itulah orang yang bersedekah, hartanya akan bertambah. Bisa keberkahan hartanya dan bisa juga dari sebagian harta yang ia keluarkan itu, Allah ganti harta dalam bentuk yang lain. Mungkin dalam bukan dalam bentuk uang, tapi Allah ganti dalam bentuk harta yang lain yang mungkin jauh lebih bernilai. Ini adalah janji dari Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa sedekat tidak akan mengurangi harta.
SETAN MENGHALANGI MANUSIA UNTUK SEDEKAH
Setan menghalangi kita untuk sedekah. Setan menakut-nakuti kita dengan kefakiran. Ketika seorang hamba ingin bersedekah, yang ada dalam benaknya adalah takut dengan berkurangnya harta, takut dia jadi fakir, takut dia jadi miskin. Padahal belum ada catatannya dalam sejarah manusia, orang jatuh bangkrut gara-gara sedekahnya. Allah subhanahu wa ta’ala akan mengganti dengan yang lebih baik dan dalam bentuk harta yang lain.
Yang menakut-nakuti seorang hamba untuk bersedekah adalah setan. Terkadang setan ini meminjam lisan manusia. Manusia yang dipinjam lisannya untuk menakut-nakuti orang yang bersedekah. Memberikan pertimbangan yang buruk-buruk sehingga dia tidak jadi sedekah. Maka hendaknya kita bisa membersihkan hati kita dari sifat bakhil.
Baca Juga: Khiyar Bila Penjual Menyampaikan Pokok Modal - Kitab Zadul Mustaqni (Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, M.A.)
Sehingga orang yang hendak bersedekah tiba-tiba saja tangannya menjadi kaku seolah-oleh tidak mampu untuk mengeluarkan uang yang tidak seberapa beratnya itu untuk disedekahkan. Seperti mengangkat beban yang berat, padahal itu hanyalah selembar uang. Tapi begitulah setan menghalangi seorang hamba untuk bersedekah.
Pada hadits yang di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru memancing kita untuk bersedekah. Bahwa tidak ada ruginya dengan sedekah. Bahkan sedekah itu, kata Nabi tidak akan mengurangi harta kita. Ini adalah motivasi yang sangat besar sekali, sangat agung sekali, sangat mulia sekali, agar manusia mau bersedekah.
LURUSKAN NIAT
Tapi tentunya, kita bersedekah bukan ingin mendapat balasan kontan di dunia. Walaupun terkadang Allah beri balasan itu langsung di dunia. Tapi janganlah kita bersedekah satu juta dengan harapan mendapatkan dua juta. Sehingga kita seperti mengharapkan sesuatu dari sedekah kita itu. Ada unsur tujuan lain selain lillah. Memang kita berharap baik dari amal shalih kita. Namun jangan jadikan itu sebagai tujuan kita didalam beramal. Hal itu tampak ketika apa yang dia harapkan ternyata tidak terwujud. Disitulah hatinya akan terusik. Mulai masuk disitu riya’, ujub, dan mulai masuk disitu rasa penyesalan apabila dia tidak mendapatkan apa yang diharapkannya itu.
Misalnya dia bersedekah dengan niat agar mendapat suatu yang lebih besar. Ternyata tidak dapat, maka diapun menghentikan amalnya itu. Dia tidak lagi mau bersedekah karena terbukti ternyata sedekah itu tidak menambah hartanya. Bahkan mungkin justru sebaliknya, dia kehilangan hartanya setelah bersedekah. Sementara yang dia harapkan dari sedekahnya itu adalah hartanya bisa bertambah. Disinilah terlihat bahwa sebenarnya tujuan dia bersedekah bukan lillah, tapi untuk mendapatkan balasan segera di dunia.
Maka dari itu ikhlaskanlah niat kita didalam bersedekah. Baik itu kita dapatkan balasannya langsung di dunia ataupun Allah menangguhkannya nanti di akhirat atau Allah subhanahu wa ta’ala mengganti sedekah kita itu dengan bentuk harta yang lebih besar dan lebih bermanfaat bagi kita. Allah berikan kita sehat dengan sedekah, Allah sembuhkan sakit kita dengan sedekah, Allah beri kita keselamatan karena sedekah, Wallahu a’lam Bishawab.
HARTA YANG SESUNGGUHNYA
Harta yang disedekahkan adalah harta yang tersisa bagi orang yang bersedekah itu. Yang tidak disedekahkan, itulah yang bukan miliknya. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada ‘Aisyah tentang apakah yang tersisa dari seekor kambing yang disembelih untuk disedekahkan? Ada seekor kambing yang sudah disembelih untuk disedekahkan. ‘Aisyah menjawab bahwa tidak ada yang tersisa selain bagian bahunya. Semua babis sudah untuk dibagi-bagikan, disedekahkan. Maka Nabi pun meluruskan perkataan ‘Aisyah itu dengan mengatakan:
Baca Juga: Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.)
بَقِي كُلُّهَا غَيرَ كَتِفِهَ
“Yang tersisa adalah seluruhnya kecuali bagian bahunya” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Semuanya itu sudah menjadi miliknya dan yang belum menjadi miliknya tinggal bahunya karena belum disedekahkan. Kalau sudah disedekahkan, maka semuanya menjadi miliknya. Itulah sedekah. Sedekah akan menjadi harta kita. Itulah yang diharapkan oleh orang yang mati, dia ingin kembali bertemu dengan hartanya lagi. Dia mengatakan:
يَا رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ أَقِمِ السَّاعَةَ، حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي
“Ya Allah! Datangkanlah hari kiamat segera, agar aku bisa segera berkumpul kembali bersama keluarga dan hartaku” (HR. Ahmad)
Dia ingin kembali bertemu dengan hartanya, yaitu harta yang disedekahkannya. Adapun harta yang belum disedekahkannya, sudah berpindah tangan kepada ahli waris, kepada orang lain, sementara harta yang betul-betul menjadi miliknya adalah harta yang sudah disedekahkannya. Itu yang betul-betul menjadi miliknya dan dia ingin kembali kepada hartanya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat