Dari Sumur ke Istana
By; Nandang Burhanudin
(1)
Kita patut berterimakasih atas dedikasi seorang Yusuf, nabi dan penguasa, pemilik pesona dan kharisma jiwa.
(2)
Dari Yusuf a.s. kita belajar, dengki dan konspirasi, pertanda kita memiliki bobot makna. Bukan karena nista, tapi karena mereka berat hati mengakui Yusuf yang memesona.
(3)
Acap kali tudingan yang menusuk atau tragedi menyayat hati, kadang datang tak kita kira. Yusuf boleh selamat dari cengkeraman srigala, tapi tak bisa mengelak dari kebengisan saudara.
(4)
Kisah Yusuf mengajarkan, tak boleh mengutarakan semua anugerah Allah pada kita. Sebab tak sedikit tipe manusia yang pandangannya sempit, hatinya menghimpit. Mereka sigap gelagap bila memandang anugerah di tangan orang lain, abai dengan anugerah yang ia genggam.
(5)
Kisah Yusuf memapar, manusia jahat kadang tampil bak ahli bijak. Saudara Yusuf mengklaim diri mereka, kami adalah pemberi nasihat dan penjaga terbaik untuk Yusuf.
(6)
Kejahatan apapun bentuknya tak ada yang sempurna. Pasti ada sisi-sisi yang tak terantisipasi. Saudara Yusuf terlupakan mengoyak kemeja. Alibi dimakan srigala terbantahkan.
(7)
Baik dan buruk bukan pada barang, tapi pada cara penggunaan. Kemeja contohnya, bisa menjadi alat dusta, alibi penyelamat, dus bisa menjadi alat terapi.
(8)
Kisah Yusuf menegaskan, si mulia tak akan terhina. Kebebasan bukan berarti kebaikan dibalas keburukan. Karena Si cerdas tak akan meludahi sumur yang airnya ia minum.
(9)
Yusuf mengajarkan, amanah sejati tak akan ada kecuali a mampu menyingkirkan khianat. Tak ada blue area, apalagi remang-remang.
(10)
Yusuf digoda al-jubb dan alhubb (sumur dan kasur). Ia sukses melalui. Tak lama dari sumur ke istana berkat amanah dan dari godaan kasur menjadi luhur.
Damri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau membaca, dengan segala kerendahan hati mohon diberikan komentar,semoga dapat bermanfaat