KHUTBAH IDUL ADHA
Insya Allah disampaikan : Ahad, 5 Oktober 2014
Oleh : Hj.Jihana Oktafira Siddiq, S.P.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×)اللهُ اَكبَرْ) (3×
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وجعل َعِيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قال الله تعالى : انا أعطيناك الكوثر فصل لربك وانحر انشا ناك هو الابتر
Hadirot jamaah sholat Iedul Adha yang dimuliakan Allah SWT.
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya kepada kita sekalian, sehingga pada saat ini kita bisa hadir di tempat ini untuk melaksanakan sholat Iedul Adha, setelah kemarin kita dahului dengan ibadah puasa sunah dihari tarwiyah dan arofah, serta kita lanjutkan dengan bertakbir , tahmid, taqdis serta tahlil yang telah kita mulai kemarin semenjak subuh dihari arofah hingga hari-hari tasyrik 3 hari kedepan, sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Semoga segala amal ibadah kita diterima Allah SWT serta dijadikan kita hamba yang senantiasa bertambah terus ketaqwaannya, amin-amin ya robal alamin.
Oleh karena itu, Pada Kesempatan pagi ini, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada Jamaah sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkakan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Pada hari Raya Idhul Adha ini tidak akan lepas dari dua Hal yang agung dan mulia, yaitu pelaksanaan Ibadah Haji di baitullah serta ibadah Qurban. Yang keduanya tidak akan terpisahkan dari napak tilas sang Kholilullah , Nabiallah Ibrahim as. Seorang nabi yang beberapa syariat-syariatnya terus diabadikan hingga syariatnya Nabi Muhammad SAW yang diantaranya yaitu haji, qurban serta khitan.
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, Ibadah haji ke baitullah merupakan Fardhu Ain bagi yang mampu melaksanakannya sekali seumur hidup, yang dapat dengan mudah diketahui dari ketentuan agama islam,sebagaimana Firman Allah SWT
حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”(Al-Imran:97)
Ibadah haji yang merupakan salah satu ibadah tertua, telah dilakukan oleh para nabi-nabi sebelum Nabi kita Muhammad SAW. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Ishak :
“ Allah tidak mengutus seorang Nabi setelah Nabi Ibrahim AS. Kecuali Nabi tersebut beribadah haji”
Pelaksanaan ibadah haji yang merupakan rangkaian ibadah tertentu yang antara lain wukuf di arafah dimana Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Selain itu ibadah lainnya adalah tawaf di ka’bah, Sai antara sofa, bermalam di mina, dan di muzdalifah, melontar jumroh serta tahalul dll, yang kesemuanya itu apabila dilaksanakan dengan benar dan tepat, sebagaimana aturan manasik yang diajarkan oleh ulama, dengan memperhatikan rukun, wajib serta persyaratan hajinya, dan dilaksanakan dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT, sambil selalu menghayati segala hikmah dan makna yang terkandung di dalam setiap tahap-tahap ibadah haji tersebut, Niscaya akan mengantarkan hamba tersebut menjadi haji yang mabrur, haji yang diterima Allah SWT, yang tidak ada ganjaran yang paling pantas melainkan Syurganya Allah SWT. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
“ Haji yang mabrur (yang dilakukan dengan ikhlas dan sempurna) tidak ada ganjaran yang setimpal melainkan surga” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).
Allahu Akbar 3x
Berbicara ibadah haji, setiap muslim dan mukmin yang taat pasti mempunyai cita-cita untuk dapat melaksanakan rukun islam yang kelima tersebut, mengapa demikian? Sebab didalam ibadah haji banyak sekali keutamaan2 yang bisa diraih, a.l.:
Orang yang melakukan ibadah haji sebenarnya adalah tamu-tamu Allah, karena posisinya sebagai tamu dari Allah Yang Maha berkuasa dan Agung, tentu Allah akan memperlakukan Tamu-Nya dengan sebaik-baiknya selama sang tamu berlaku baik.
Keutamaan lainnya dalam berhaji yaitu dilipat gandakan ganjaran beribadah di masjidil haram dan masjid nabawi. Sbgm Sabda Nabi SAW :
“ Shalat di masjidil haram pahalanya 100ribu dibanding sholat ditempat lain , sholat di masjidku (masjid nabawi) 1000 shalat, dan sholat di baitil maqdis pahalanya 500 shalat” (HR Tabrani)
Faidah lainnya yaitu Dapat berziarah ke makam Rosulullah SAW, keluarganya serta Sahabat2nya, baik yang berada di Pemakaman Baqi di madinah, Ma’la di mekah atau di tempat2 lainnya dan kita bisa menyaksikan secara langsung tempat2 bersejarah agama islam yang lainnya seperti jabal Uhud, Jabal Tsur, gua hira. Masjid Quba, masjid qiblatain dll.
Yang kesemuanya itu dapat menambah keyaqinan kita akan kebenaran agama islam serta kita dapat membayangkan dan menghayati bagaimana perjuangan Rasulullah dan sahabatnya didalam memperjuangkan agama islam.
Untuk itu bagi yang sudah ada kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji, bersegeralah jangan di tunda2, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput, serta kesehatan akan terus bersama kita, atau binasanya harta tanpa diduga. Dikhawatirkan akan terjadi pada dirinya kesudahan yang buruk atau suul khotimah, Nauzubillah.
Adapun bagi orang yang belum ada kemampuan untuk berhaji jangan berkecil hati, terus pasang niat dan cita2 serta keyakinan bahwasanya Allah Kuasa memberangkatkannya ibadah haji dengan cara Allah, karena Allah maha kuasa atas segala sesuatu, Ia amat berkuasa menjadikan sesuatu yang sulit menjadi mudah, bahkan yang tadinya kita anggap mustahil menjadi kenyataan. Berapa banyak kita saksikan bersama, orang2 yang berpendapatan minim sekali, pedagang2 kecil, sopir, bahkan pembantu rumah tangga, dapat melaksanakan ibadah haji dari jalan yang sebelumnya tidak diduga2. Karena Allah apabila berkehendak tidak ada sesuatupun yang dpt merintanginya, sbgm firmannya:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya keadaannya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata: Jadi! Maka terjadilah ia”. (Yaasin:82)
Allahu Akbar 3x
Jamaah yang dimuliakan Allah
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang dialami Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Hadirot Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di mina.
Hadirot Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”
Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.
Hadirot Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri. Dimana binatang yang disembelih untuk qurban adalah hewan ternak yaitu Kambing, sapi, kerbau dan onta yang telah mencapai usia tertentu,
Untuk onta telah mencapai usia 5 tahun
Sedangkan Sapi, kerbau dan kambing jawa telah mencapai Usia 2 tahun
Adapun Domba telah mencapai usia 1 Tahun
Waktu untuk berkurban adalah dimulai sejak selasainya sholat iedul adha pada hari Nahar (10 Dzulhijah) hingga hari-hari tasyrik (11,12,13 Dzulhijah), maka tidak terhitung kurban jika disembelih sebelum atau sesudah waktu-waktu tersebut.
Sebagaimana sabda Nabi SAW
مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ اَلصَّلَاةِ فَلْيَذْبَحْ شَاةً مَكَانَهَا
“Barangsiapa menyembelih kurban sebelum shalat ied maka hendaklah ia mengulanginya"
Hukum melakukan kurban adalah Sunnah Muakadah ‘Alal Kifayah, Sunah muakadah artinya kesunahan yang sangat ditekankan dan makruh meninggalkannya bagi yang mampu , sedangkan yang dimaksud alal Kifayah
فَإِذَا فَعَلَهَا وَاحِدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ كَفَى عَنْ الْجَمِيع
“Apabila telah melakukan salah seorang anggota keluarga, maka memadailah dari anggota keluarga yang lain atau gugur kemakruhan bagi anggota keluarga yang lain”
Untuk itu bagi kita yang mempunyai kemampuan, bersegaralah berkurban, masih tersisa beberapa hari lagi untuk melaksanakannya. Apalagi pengorbanan yang kita lakukan tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan Oleh Nabiallah Ibrohim as.
Apalagi qurban yang kita sembelih itu nanti dihari qiyamat akan menjadi kendaraan kita, sebagaimana Firman Allah SWT
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقينَ إِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْداً َ
“Pada hari kami bangkitkan orang2 yang bertaqwa menuju Allah yang maha Rahman dengan berkendaraan” (Al-Maryam:85)
Serta Sabda Nabi SAW :
عظموا ضحاياكم فانها على الصراط مطاياكم
“Besarkanlah kurbanmu, maka bahwasanya kurban itu diatas shirot menjadi kendaraanmu
I’tibar ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan Allah SWT. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon, karena sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Allahu Akbar 3x
Hadirot Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
Demikianlah sekelumit hal yang kami sampaikan, mudah-mudahan besar manfaatnya bagi kita sekalian, dan semoga Allah senantiasa mencurahkan karunia, rahmat dan maghfirahnya bagi kita sekalian, serta dimudahkan nya kita untuk melaksanakan segala perintahnya dengan sebaik-baiknya dan dijauhkan kita dari segala kemaksiatan yang menyebabkan murkaNya. Dan semoga kita tetap hidup dalam keimanan serta memperoleh husnul Khotimah, Amin2 ya robal alamin
بَارَكَ اللهُ ِليْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْانِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ ِانَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ ِليْ وَلَكُمْ وَ لِسَاِئِر اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فِاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ وَقُلْ رَبِّ إغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Wal ‘afwu Minkum, Fastabiqul Khairat, Billahit Taufiq wal Hidayah, Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thariq,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.